Entah kenapa tetangga sebelah rumah yang notabene anak kyai, beristri perempuan sholehah keluaran pesantren mendadak membeli keris. Yang pasti dirinya tidak sedang gegar otak. Keris tangguh mataram senopaten, pamor wos wutah atau apa saya lupa, warangka ngayogyakarta didapatnya dengan harga Rp 600.000. Cash!!!
[caption id="attachment_148412" align="alignleft" width="315" caption="keris pamor dan warangka"][/caption] Sebelumnya memang pernah suatu hari saya memberinya sebuah buku katalog keris namun saya tidak menduga bahwa secepat itu juga dirinya membeli keris dengan harga yang tak murah bagi hidup saya (tapi murah untuk sebilah keris, mengingat banyak keris yang harganya lebih dari lima juta) Terakhir mengunjungi pameran keris yaitu saat Bursa Keris Nasional 2011 di Jogja Galeri Yogyakarta akhir bulan September lalu. Begitu banyak keris dengan berbagai macam variasi. Tak hanya pamor yaitu motif perpaduan logam besi dan timah nikel dalam besi keris namun juga warangka yang banyak ditumbuhi dengan batu mulia hingga emas. Jangankan bertanya berapa harganya, memegang sebentar saja tak berani. Keris telah menjadi warisan yang banyak diapresiasi oleh dunia. Namun dibalik keindahan pamor, warangka, dan tangguh yang terlihat hanya nilai eksoterinya, saya menyarankan anda untuk juga menilai dari sisi isoterinya Isoteri yaitu melihat keris tak hanya dari sisi fisik yang terlihat namun juga nilai didalamnya. [caption id="attachment_148413" align="alignright" width="300" caption="udi jaman majapahit"][/caption] Bertemulah saya dengan Masirun Husain, peserta asal Ngawi Jawa Timur yang membawa besi berbantuk aneh. Mereka menyebutnya UDI. Udi merupakan alat kerja rakyat jelata jaman dulu. Bentuknya mirip dengan bendho, sabit dan juga senjata yang digunakan tokoh bagong dalam cerita punokawan pewayangan. Masirun mengaku udi ini di dapat dari penemuan di sungai-sungai sekitar Ngawi dan penggalian. Menurut pengakuannya udi ini berasal dari jaman majapahit bahkan kebudayan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dari bentuknya yang tak lajim. Dari sini saya bertemu dengan Topo, kolektor tosan aji yang nampak sibuk memperhatikan udi ini. Kolekstor asal Slemen Yogyakarta ini memberikan pengetahuan atas hobinya mengumpulkan tosan aji. Berikut katanya,”Udi ini terbuat dari besi tua dari jamannya. Bagi pecinta tosan aji segala tosan aji yang terbuat dari besi tua memiliki fungsi tindih yaitu menyerap segala energi yang lebih muda usianya.” Wah...ketertarikan saya terhadap segala tosan aji yang tua ternyata membawa berkah sendiri. Secara eksoteri atau luaran, memang nampak biasa, bahkan telah habis dimakan usia dan karat namun nilai isoterinya yaitu sejarahnya bahkan usianya menjadi kekuatan yang tak bisa dikalahkan. [caption id="attachment_148414" align="alignleft" width="300" caption="empu, tak banyak yang tersisa"][/caption] Untuk itu bagi anda yang mempunyai keris, tosan aji, atau apapun warisan dari simbah meski polos, tanpa pamor saya sarankan tetap merawatnya. Nilai sejarah dan usia menjadi mahal harganya. Selamat berburu!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H