Beberapa hari ini saya terusik dengan postingan seorang teman tentang kata-kata J.W. Raiffeisen. Isinya "Kesulitan si miskin hanya dapat diatasi oleh si miskin itu sendiri. Si miskin harus mengumpulkan uang secara bersama-sama dan kemudian meminjamkan kepada sesama mereka juga. Pinjaman harus digunakan untuk tujuan yang produktif yang memberikan penghasilan."
Siapakah Raiffeisen ini? Friedrich Wilhelm Raiffeisen (1818-1883) itu pencetus gagasan Credit Union. Dia seorang walikota Distrik Heddesdorf Jerman yang melindungi masyarakat kecil dari keterpurukan hidup dan kelaparan dengan pemberdayaan dari dan oleh mereka sendiri. Dia mencetuskan sebuah lembaga perkreditan bersama. Prinsip lembaga ini menyatukan si miskin--orang-orang yang saling percaya--untuk mengumpulkan uang dan meminjamkannya kepada mereka sendiri guna memulai kegiatan produktif. Konsepnya hampir sama dengan koperasi.
Nah, dari sini saya jadi berfikir bahwa pelaku usaha kecil seperti saya dan ribuan orang lainnya tak beda dengan si miskin yang di maksud bro Raiffeisen. Pikir saya, kenapa Anda tidak memulai dengan mengumpulkan si pelaku usaha kecil ya untuk memulai atau mengembangkan usaha bersama. Maksudnya, bersama-sama mengembangkan diri dengan usaha produktif hanya dengan modal yang dimiliki masing-masing.Â
Modal tak mesti uang tetapi justru keahlian. Fokus saya lebih pada modal keahlian masing-masing orang yang dapat dimaksimalkan pemakaiannya. Tujuannya agar usaha baru tercipta lebih mudah dan memaksimalkan produktifitas tanpa mencabut status mereka dari tempat kerjanya. Tahu sendirikan, berapa penghasilan ahli-ahli kecil menengah itu? Klo waktu setelah aktifitas dan luang bisa dimanfaatkan, tak mustahil akan menambah pundi-pundi kesejahteraan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dengan semangat ini pula saya memberanikan diri mengumpulkan temen-temen yang nota bene senasib dengan saya. Bila si miskin ala bro Raiffeisen ngumpulin uang, saya ngumpulin temen dengan keahlianya. Hampir semua sudah bekerja dan beberapa yang kerja sambilan. Ada yang jarinya lihai dengan grafis, ada yang cekatan dengan komputer jaringan, ada yang suka blusukan, ada yang pintar memikat orang. Nah saya sendiri hanya mampu mengelola mereka sekaligus nawarin ke sana-sini. Kata pembuka terhadap temen temen itu sederhana.
"Bro, apakah mau menjadi desain grafisku untuk beberapa projek kecil? Tapi fee nya sedikit dulu ya? Dikasihnya setelah klien lunasi ya."
"Sis saya bikin usaha souvenir lho, klo perlu seminar kit hubungi saya ya. Harga bisa deh diatur deh".
Begitu terus hingga deal projek pertama. Hasilnya tergantung dari seberapa tangguh kita mencari klien. Klien dan marketing pun juga bagian dari teman teman kita yang lain. Siapa tahu relasi kita adalah sales yang paling dipercaya/dekat dengan konsumen. Lewat mereka usaha kita dipromosikan. Usaha baru berjalan, teman-temen juga mendapatkan projek sambilan di waktu luang mereka .Â
Apakah temen-temen saya itu harus nempel kayak perangko hingga ngantor di rumah saya?? Kagak! Mereka tetap ngantor di tempat kerjanya masing-masing. Mereka tetap beraktifitas seperti biasanya. Itu memang model usaha jaman sekarang sudah beda. Ada beberapa yang tak lagi perlu gedung dan karyawan tetap. Toko bisa kita bikin online, katalog dan promosi bisa kita pasang selama kita mau. Konsep Bro Raiffeisen tentang credit union ternyata tak saja berlaku untuk si miskin, si milenial seperti kita juga bisa.
Bukan credit union penyebutannya karena tak ada yang meminjamkan kredit. Lebih cocok klo dinamakan creative union, sebuah usaha memaksimalkan produktifitas berbisnis untuk bakul-bakul pemula macam kita ini dengan cara berkumpul dan saling memanfaatkan satu sama lain.Â
Komitmennya cair dan betul betul memahami waktu luang teman lainnya. Penghargaan terhadap keahlian mereka dengan pemberian fee pun cukup.  Konsep ini  sementara berhasil saat awal memulai usaha. Lha wong sedang saya jalani. Apakah bisa berkembang hingga menjadi unicorn atau bahkan decacorn....doakan saja ya!