Mohon tunggu...
Pascalis PeWe
Pascalis PeWe Mohon Tunggu... Full Time Blogger - wirausaha sejak usia 37 th

Jangan takut memulai usaha, yang kamu takutkan justru ketika kamu terlambat memulainya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pagi Datang Lebih Awal

21 November 2011   02:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:24 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti biasa, kedatanganku  di kantor tak disambut apa apa. Saya memang bukan siapa siapa hanya staf biasa namun suasana kantor redaksi yang riuh kadang menjadi atmosfer sambutan yang khas dunia redaksi. Hanya satu dua orang saja yang juga datang lebih awal. Ruang kerja pun masih gelap, lembab dan bau, bekas hujan. Pagi ini matahari memang datang lebih awal setelah semalaman hujan mengguyur. Matahari pun bergegas memberikan panasnya untuk bumi yang basah oleh hujan.

“Nasi goreng, teh panas”, teriaku ke ibu kantin

Kantin kantor memang tak senyaman, coffee bean nya trans tv. Kantin ini hanya warung tegal yang disetting lebih luas untuk karyawan. Tak seperti biasanya juga, tak banyak yang mampir untuk sarapan di kantin ini. Tak berapa lama, nasi goreng telur, teh panas pesananku datang memanggil hasyat laparku. Ditemani Ajahn Brahm dan bukunya “Si cacing dan kotoran kesayangannya” kunikmati makanan pagi sederhana ini.

Baru membaca lima chapter saja, tangan gatel ini ingin sekali menulis suasana pagi yang ta biasa ini. Sesekali menyeruput teh hangat. Segala aktivitas rutin kantoran sedang dimulai. Dihadapanku sopir mencuci mobilnya…deru mobil dipanaskan untuk mobilitas para wartawan pagi ini.

Suasana makin panas, matahari meninggi, langit masih membiru.

Jarang sekali aku menikmati pagi ini lebih pelan. Sepanjang jalan setiap orang sibuk memacu sepeda motornya menembut padatnya lalu lintas untuk sebuah ketepatan waktu di kantor dan sekolah masing masing. Tak peduli siapa yang lewat, siapa yang terserempet, dan siapa yang belum bangun yang penting dirinya selamat.

Begitu pula dengan kantor ini, setiap pagi mobil dipanasi agar siap dipacu siangnya. Tiap hari halaman disapu agar panas langsung menyentuh tanah. Tiap hari computer nyala dan setiap orang duduk dihadapannya bekerja tanpa waktu. Setiap orang melakukan rutinitasnya dari pagi siang sore, tiap detik menit dan jam tanpa tahu bahwa sebulan setahun bertahun tahun dirinya melakukan hal sama…..hingga hari ini.

Saking rutinnya, tak peduli hasil baik atau terbaik hanya sesaat saja kita menikmatinya.

Lima chapter budhisAjahn Brahm mampu membuat pagi saya begitu berharga. Matahari yang datang lebih cepat ternyata dapat saya lambatkan dengan menikmatinya.

Nasi goreng yang meski tak terlalu special namun enak disantap pagi ini. Teh kental tak terlalu manis ternyata nikmat menemani pagi ini hingga menghangatkan badan. Lebih nikmat lagi pikiran inipun jauh jauh lebih siap menjalani gerahnya hidup, kejamnya siang dan serbuan hal hal rutin dalam hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun