Mohon tunggu...
Pascalis PeWe
Pascalis PeWe Mohon Tunggu... Full Time Blogger - wirausaha sejak usia 37 th

Jangan takut memulai usaha, yang kamu takutkan justru ketika kamu terlambat memulainya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gerakan Kebudayaan Rakyat Jogja Menuju Indonesia Baru

11 Februari 2011   10:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:42 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1297419974628338311

[caption id="attachment_90144" align="alignleft" width="300" caption="naskah perjanjian giyanti"][/caption] Ribuan orang akan memperingati Perjanjian Giyanti  minggu 13 februari 2011 pk 14.00. Mereka tergabung dalam Forum Mataram Nusantara yang terdiri dari puluhan elemen masyarakat termasuk ikatan pelajar mahasiswa daerah. Perjanjian Giyanti  merupakan dokumen pendirian Nagari Kasultanan Yogyakarta yang dikeluarkan pada hari kamis 29 jumadiawal atau 13 Maret 1755. Sejak perjanjian ini keluar mapa Pangeran Mangkubumi membuka hutan di sebelah selatan gunung merapi dan mendirikan kerajaan bernama Kasulyanan Ngayogyakarta Hadiningrat. “Ritual ini bernama napak tilas semangat Pangeran Mangkubumi dan akan dilakukan lewat kirab budaya,” jelas Ketua panitia Sugeng Santosa Ganda Sri Garba. “Targetnya adalah kebangkitan budaya adat sebagai nilai luhur. Dan nilai inilah yang akan terus diingatkan sebagai bentuk perjuangan utnuk merubah sikap hidup kita agar bangsa ini tidak jatuh dalam perpecahan”, Tambahnya. Berbagai gerakan budaya dan ritual, akhir akhir ini memang sering dilakukan di Yogyakarta. Tepatnya  sejak “kisruh” RUU keistimewaan. Kawula Yogyakarta memang sedang “terusik” dengan RUU Keistimewaan yang berlarut larut dan mencedrai aspirasi. Ibarat macan yang tidur dan terganggu maka bergeliatlah sang macan dengan raungan mencoba melawan sang pengganggu. Gerakan ini coba dibangun dengan model gerakan baru berbasis kebudayaan. Tak saja untuk  memperjuangkan keistimewaan Yogyakarta tetapi juga untuk merubah pandangan hidup bangsa ini dari pandangan politik yang terus memposisikan tak ada kawan tak ada lawan yang ada hanya kepentingan. Hasilnya ya gontok gontokan. Tesis ini diperkuat dengan pidato politik Widihasto Wasana dalam Pengukuhan  Yogyakarta Kota republik. Yogyakarta selalu memiliki cara istimewa dalam mengartikulasi sikap politiknya. Kirab budaya menjadi alat komunikasi yang efektif untuk mengkonsolider kekuatan potensi masyarakat Yogyakarta dalam menjaga nilai nilai patriotisme, nasionalisme serta cinta tanah air. Pandangan ini juga diperkuat pelaku budaya Yos Triatmojo yang menegaskan bahwa ritual patirtan napak tilas semangan Pangeran Mangkubumi tak sekedar kirab seni budaya tetapi menjadi laku budaya. Kebudayaam harus menjadi perekat bangsa.

Gerakan baru sedang dibangun di Yogyakarta, akankan kebudayaan sebagai azas berbangsa dan bernegara berhasil  melahirkan satriya piningit? Pastinya sejarah yang akan membuktikannya.

Pancak Tambak Kala Brastha, Mbirat Memalaning Jagad, Numpes Satru Sekti

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun