Mohon tunggu...
paschalis deo
paschalis deo Mohon Tunggu... Editor - hai kau

seorang manusia yang ingin menjadi manusia seutuhnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

KONFORMITAS PARA REMAJA

19 Januari 2022   14:55 Diperbarui: 19 Januari 2022   15:00 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

  • Konformitas merupakan sikap menyesuaikan diri terhadap suatu tuntutan kelompok pertemanan individu. Umumnya konformitas dijumpai dan dialami oleh para remaja. Hal itu dikarenakan kondisi psikologis remaja yang identitik dengan pencarian jati diri atau identitas diri. Seiring berkembangnya zaman, konformitas pada remaja dapat diamati dari perilaku mereka yang konsumtif.

Perilaku Konsumtif

 Perkembangnya zaman ini diiringi oleh meningkatnya kompleksitas dalam masyarakat. Banyaknya kemudahan yang ditawarkan oleh modernisasi zaman, masyarakat semakin mudah tertarik akan produk-produk modern. Hal itu meningkatkan hasrat konsumtif masyarakat yang sudah melekat secara lahiriah. Misalnya, ketika mall-mall atau toko online menawarkan discount, potongan harga, dan promo-promo menarik terhadap produknya, masyarakat cenderung memutusan untuk membeli produk-produk tersebut dengan alasan ekonomis yaitu supaya lebih hemat dan ngirit. Tindakan tersebut tidak salah, namun apakah mereka sepenuhnya sadar akan tindakannya? Entah dari segi ekonomis jauh lebih hemat atau tidak mereka sama saja mengeluarkan biaya dari saku mereka. Kondisi tersebut tidak dialami oleh beberapa orang saja melainkan oleh hampir seluruh elemen masyarakat. Kondisi itulah yang disebut perilaku consumer atau sering kita sebut perilaku konsumtif atau konsumerisme.

            Perilaku konsumtif yang terjadi pada masyarakat berimbas pada remaja. Remaja merupakan masa dimana sesorang rentan untuk terpengaruh dari luar dirinya, termasuk perilaku konsumtif pada masyarakat. Mudahnya remaja terpengaruh sejalan dengan pendapat Segut (2008) bahwa remaja merupakan kelompok usia yang sangat konsumtif dari pada kelompok usia lainya.

            Menurut Segut (2008) salah satu tugas perkembangan remaja adalah mempersiapkan diri untuk mencapai kebebasan ekonomi. Artinya mereka dituntut untuk berlatih mencapai kesanggupan berdiri sendiri atau menjadi dewasa dengan pemikiran yang matang. Namun perilaku konsumtif memutarbalikan pendapat tersebut. Pada kenyataannya, mereka malah dibingungkan oleh huru-hara zaman ini sehingga mereka mengalami kebingungan dalam menentukan dasar perilaku konsumtif mereka, antara kebutuhan (need) ataukah keinginan (wanted). Akan lebih baik didasarkan pada kebutuhan, namun bagaimana bila didasarkan pada keinginan?

            Pada umumnya, remaja akan dibuat senang dan puas jika keinginan-keinginannya terpenuhi, terutama pada hal-hal materialistik yang bersifat semu. Hal ini berimplikasi pada ketidakmatangan mereka dalam berpikir dewasa, antara lain berkurangnya kesempatan menabung dan kurangnya mempersiapkan diri untuk kebutuhan di masa mendatang. Disisi lain remaja tidak ingin mengalami ketertinggalan zaman, mereka ingin tetap mengikuti trend, mencoba produk-produk baru dan berusaha selalu update. Hal itu dilakukan demi memenuhi syarat mereka dalam pencarian jati diri.

Jati Diri

            Remaja identik dengan pencarian jati diri. Menurut Rm. Ernest Justin ,SJ , pada input sanitas I (Jumat, 24/07/2020), berhubungan dengan salah satu masalah dalam psikologi remaja ialah bingung dengan jati dirinya. Oleh kerena itu, tugas remaja adalah menentukan jati diri. Pembentukan jati diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain teman sebaya dan kelompok pertemanan.

            Bagi seorang remaja, kedua faktor tersebut merupakan sarana mereka untuk memenuhi kebutuhan afeksinya sebagai remaja. Kebutuhan itu adalah kebutuhan akan afirmasi, meliputi pengakuan dan penerimaan, maka keberadaan teman sebaya atau kelompok sangat penting bagi remaja untuk mendapatkan kebutuhan afeksi mereka akan afirmasi.

            Afirmasi akan lebih mencukupkan kebutuhan remaja bila berasal dari orang lain terlebih teman sebaya dan komunitasnya. Untuk mendapatkannya, remaja menjadikan factor tersebut sebagai sebuah referensi. Artinya, factor tersebut dipakai sebagi acuan atau pedoman bagi remaja dalam menentukan sesuatu dan dengan begitu mereka berusaha untuk menjadi sama dengan orang lain. Selain itu, remaja memiliki rasa gengsi dan keinginan untuk diterima serta ketakutan bila tidak diterima oleh kelompoknya. Oleh karena itu, kelompok dapat menjadi tekanan yang berasal dari luar diri remaja. Seseorang yang berada dalam tekanan itu cenderung untuk bertindak sesuai tindakan, perilaku, dan penilaian kelompok. Dengan begitu, seseorang memliki ketergantungan karena usahanya untuk menyesuaiakan perilakunya dengan kelompok berdasar syarat tidak langsung kelompok tersebut. Termasuk dalam hal konsumsi, remaja yang demikian akan memiliki dorongan untuk berperilaku konsumtif sama seperti kelompoknya. Dorongan yang seperti itu pun bersifat menekan kaum remaja. Itulah yang dapat disebut sebagai konformitas.

Konformitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun