Mohon tunggu...
Pascalis Elan Sanjaya
Pascalis Elan Sanjaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Seorang pelajar biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dua Tahun di Kolese Kanisius

18 September 2024   20:25 Diperbarui: 18 September 2024   20:28 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah bukan sebuah gedung tempat para siswa belajar. Sekolah bukan hanya sebuah tempat transfer ilmu dari seorang guru dan siswa. Sekolah adalah tempat dimana seseorang berkembang sebagai seorang manusia."

Tidak terasa saya sudah menempuh segala dinamika formasi di Kolese Kanisius selama dua tahun. Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar. Banyak hal telah terjadi di dunia selama dua tahun ini. Namun bagi saya sendiri, dua tahun saya di Kanisius terasa sangat sebentar. Masih terasa bahwa baru rasanya kemarin saya menginjakan kaki di Kolese Kanisius. Menginjakan kaki di kelas 10-4 pada saat pandemi Covid-19 baru saja selesai. Di lingkungan yang baru dan asing tersebut, saya tidak kenal seseorang pun di kelas tersebut. Di lingkungan yang baru tersebut, saya didorong untuk membuat teman-teman baru. Selama pandemi, saya selalu menghabiskan waktu dengan 6 sahabat saya. Setelah lulus, masing-masing dari kami menuju SMA yang berbeda-beda untuk mengejar impian kami. Sekarang saya tidak dapat bersama dengan mereka seperti dahulu. 

Saya berusaha berteman dengan siapapun. Menginisiasi percakapan, menyapa, hingga mencoba bergurau dengan mereka. Bukan hal yang mudah, namun pada akhirnya saya bisa kenal dengan teman-teman kelas saya. Banyak teman-teman kelas 10-4 kala itu mau menerima saya dan mau berteman. Bahkan saya mulai kenal dengan teman-teman saya yang berbeda kelas. Saya sangat bersyukur atas hal itu. Dari minggu-minggu awal tersebut saya belajar bagaimana berteman dengan orang baru. Hal yang sulit bagi saya setelah dua tahun saya hanya memiliki teman itu-itu saja. 

Kegiatan kelas 10 yang tidak bisa saya lupakan sampai saat ini adalah ILT. ILT sendiri adalah kegiatan pelatihan kepemimpinan di Kolese Kanisius. Kegiatan tersebut memang sangat berat. Kegiatan yang sudah dilakukan pada setiap angkatan. Tidur yang minim selama berhari-hari, tugas yang menumpuk, hingga kegiatan fisik yang berat. Kegiatan tersebut benar-benar menguras tenaga dan mental saya. 5 hari ILT merupakan hari-hari yang sangat panjang. Dari segala tenaga dan keringat yang terbuang pada kegiatan ini, saya belajar banyak dari kegiatan ini. 

Saya belajar mengenai persevera, salah satu semangat yang ditanamkan di Kolese Kanisius. Bagaimana meskipun sudah tengah malam dan saya sudah sangat mengantuk, saya harus tetap melakukan tugas-tugas ILT yang diberikan. Disaat badan sudah sangat lelah, saya harus tetap mengikuti game post  yang ada. Disaat badan saya sudah tidak mampu, saya tetap mengikuti segala dinamika ILT. Hal-hal tersebut sangat berharga dalam hidup. Bahwa saat terdapat rintangan seberat apapun, kita harus melewati rintangan tersebut dengan segala sesuatu yang kita miliki. Karena ketika rintangan tersebut tidak dilewati, maka rintangan tersebut akan terus ada. Kita tidak akan berkembang. Kita tidak akan menjadi diri kita yang lebih. 

Saya juga belajar mengenai apa itu brotherhood. Belajar bagaimana peduli dengan teman-teman yang membutuhkan pertolongan. Ketika saat ILT saya sudah sangat lelah setelah game post yang ada, terdapat teman saya yang mengalami cedera. Kakinya terkilir dan ia sulit berjalan. Waktu itu hujan sudah mulai turun, dan saya berinisiatif membantunya. Membopongnya berjalan untuk mencari tempat berteduh yang letaknya berada diatas dari lokasi saya pada saat itu. Badan yang sudah lelah bukan menjadi alasan untuk tidak membantu teman saya. Saya tetap membantunya. Saya menolong bukan karena saya kuat membopongnya namun saya menolongnya karena saya tidak tega meninggalkan teman saya begitu saja. 

Meskipun nilai akhir ILT saya buruk dan saya harus mengikuti kegiatan lain untuk menutupi nilai saya yang kurang itu, saya tetap belajar banyak dari kegiatan ILT tersebut. Untung menutupi nilai ILT saya yang buruk, saya mendapat tugas ekstra banyak dalam gelaran CC CUP pada tahun 2022. Meski saya mendapat tugas ekstra, saya tetap berusaha melakukan tugas-tugas tersebut. Saya juga beberapa kali secara sukarela menawarkan bantuan untuk seksi-seksi yang kekurangan orang. Dari gelaran CC CUP tersebut saya belajar lebih banyak mengenai organisasi dan membagi tugas. 

Dari pengalaman yang luar biasa banyak selama satu semester pada kelas 10, saya belajar banyak. Tentu saya juga banyak belajar dalam bidang akademik, namun pelajaran yang paling banyak saya terima malah diluar bidang akademik. Pelajaran-pelajaran hidup yang membuat saya diri saya sekarang. Pengalaman yang membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun