Indonesia, negara luar biasa yang melimpah ruah hasil buminya. Tapi mengapa masih impor? Apakah hasil jerih payah dan keringat petani Indonesia khususnya, tidak lagi dihargai? Sungguh, betapa luar biasanya hasil panen mereka, beras terbaik ada ditangan mereka, palawija, buah, sayur, dan segala hasil bumi yang mereka jadikan harapan, dan doa-doa terbaik mereka dari benih hingga panen, justru diekspor. Masyarakat tidak bisa mengkonsumsi produk yang baik, hanya sisa-sisa produk payah luar negeri.
Mengertikah? Impor beras murah, tetapi mengekspor beras paling berkualitas hasil petani super kita. Impor benih beras payah, yang hanya membuat mutasi wereng semakin sulit dibasmi, hasil pertanian tidak lagi maksimal. Sedangkan penemu-pememu bibit unggul Indonesia tidak dihargai keberadaannya. Lantas bagaimana mungkin Indonesia akan lepas dari keterjajahan?
Misi pemerintah saat ini adalah menekan seminimum mungkin impor barang-barang yang Indonesia mampu produksi. Bukan justru mengekspor hasil jerih parah rakyat dan digantikan dengan barang-barang murahan berkualitas rendah. Indonesia bukan negara produk sisa!! Indonesia merupakan tanah surga, yang dapat menghasilkan sumberdaya alam yang luar biasa. Tapi mengapa justru rakyatnya menderita?
Kita, rakyat Indonesia tidur di atas minyak, menduduki jutaan ton emas, namun siapa yang menikmati? Harga bahan pokok melambung tidak terjangkau, anak-anak miskin dan terlantar. Ini karena siapa? Hanya karena kepentingan segelintir kalangan elit yang semakin kaya, yang diuntungkan oleh impor-ekspor.
Hargailah hasil keringat rakyat kita, hasil jerih payah yang seharusnya kita nikmati bersama. Kita danai mereka, kita ajak mereka memaksimalkan hasil-hasil pertanian, perkebunan, pertambangan, juga perikanan. Mari kita ajari mereka memilih cara yang baik dalam mengelola alam. Mengedepankan jangka panjang kehidupan. Agar masyarakat mendapatkan pangan yang layak, pendapatan negara meningkat.
Mari kita hargai produk-produk buatan Indonesia, menjadikan nyata ungkapan tanah surga. Mendepak para serigala dan tikus-tikus yang tidak bermoral. Mulai untuk mencintai Negara Indonesia. Kalau bukan kita, lalu siapa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H