bola Indonesia. Keberhasilan skuad garuda terbang tinggi mengarungi ajang kualifikasi ronde ketiga Piala Dunia 2026. Tensi semakin tinggi ketika Shin Tae-yong menambah dua pasukan garuda untuk memperkuat skuad garuda. Mess Hilgers dan Eliano Reijnders yang akan melaksanakan sumpah WNI pada senin, 30 September 2024. Lantas, Bagaimana nasib sepak bola Indonesia? Apakah terus bergantung dengan pemain keturunan? Apakah pemain lokal mampu bersaing di skuad timnas?
Naturalisasi menjadi topik hangat di kalangan pecintaNaturalisasi dan Keturunan
Masuknya Shin Tae-yong sebagai kepala kepelatihan skuad timnas garuda pada Januari 2020 menjadi titik balik kebangkitan Indonesia di kancah sepak bola Asia. Berbagai gebrakan dilakukan oleh Shin Tae-yong, mulai dari pemotongan generasi, fokus pada pemain-pemain muda, hingga proyek naturalisasi.Â
Proyek naturalisasi bukan hal baru dalam dunia sepak bola Indonesia. Nama-nama, seperti Cristian Gonzales, Greg Nwokolo, Sergio van Dijk, hingga Stefano Lilipaly tentu tidak asing di telinga pecinta bola tanah air. Namun, proyek naturalisasi yang dibawahi Shin Tae-young tergolong fresh, yaitu memiliki darah Indonesia menjadi syarat utama pemain untuk bisa membela timnas Indonesia.Â
Kamis siang, 17 November 2022, Jordi Amat (berdarah Indonesia-Spanyol) dan Sandy Walsh (Indonesia-Belanda) menyatakan sumpah WNI sekaligus mencium Sang Saka Merah Putih. Hal ini merupakan jejak awal dalam perjalanan timnas Indonesia menuju pentas Asia. Setelah itu, pemain-pemain keturunan Indonesia yang mayoritas berpaspor Belanda mulai tertarik untuk mengembangkan sayap garuda yang telah lama patah. Nama-nama yang sekarang kita kenal, seperti Ivar Jenner, Justin Hubner, Rafael Struick, Nathan Tjoe-A-On, Â Ragnar Oratmangoen, Thom Haye, Shayne Pattynama, Jay Idzes, Calvin Verdonk, Maarten Paes, hingga Mess Hilgers dan Eliano Reijnders.
 Tidak hanya memiliki darah, Shin Tae-yong juga sangat memperhatikan kualitas pemain dalam mengolah si kulit bundar. Ada dua cara yang digunakan, yaitu mengamati langsung setiap pertandingan liga pemain yang diincar dan melakukan trial secara langsung. Kasus terbaru, Mess Hilgers dan Eliano Reijnders tentu memiliki kualitas terbaik yang bermain inti dalam skuad klub di kasta tertinggi liga Belanda. Sedangkan, pada kasus Rafael Struick harus melakukan trial di Spanyol pada November 2022 untuk bisa membela merah putih di dada. Dengan demikian, pemain keturunan yang saat ini berseragam merah putih tidak perlu lagi diragukan kualitasnya.
Tak sedikit yang meragukan kecintaan para pemain keturunan terhadap Ibu Pertiwi. Ketakutan terlihat ketika para pemain naturalisasi negara Jiran yang tidak bisa menyanyikan lagu Negaraku. Namun, ketakutan itu mulai sirna ketika semua pemain baik keturunan dan lokal menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan lantang dan bangga dalam setiap pertandingan. Bahkan, pengorbanan dilakukan oleh pemain keturunan untuk membela timnas Indonesia. Salah satunya beban pajak penghasilan yang tinggi di Eropa bagi pemain pemegang paspor non-Eropa.Â
Meraba Nasib Sepak Bola Indonesia
Saat ini, naturalisasi yang dilakukan oleh Indonesia mayoritas mengacu pada dua poin terkait naturalisasi dalam regulasi FIFA, diantaranya ibu atau ayah kandung lahir di negara terkait nenek dan kakek kandung lahir di negara terkait. Salah satu contohnya proses naturalisasi Thom Haye yang memiliki darah dari nenek dan kakek kandungnya yang berasal dari Sulawesi Utara dan Solo, Jawa Tengah. Oleh karena itu, mayoritas pemain keturunan dalam skuad timnas Indonesia merupakan generasi ketiga dalam keturunan keluarganya.
Masalah yang nanti akan dihadapi oleh dunia sepak bola Indonesia adalah kesulitannya mencari pemain berdarah Indonesia di negeri Kincir Angin. Hal ini dikarenakan berkurangnya pemain generasi ketiga yang berdarah Indonesia akibat pensiun. Diperparah dengan regulasi FIFA yang tidak memperbolehkan pemain generasi keempat untuk dinaturalisasi. Salah satu contoh ialah Mauresmo Hinoke yang batal membela timnas Indonesia. Nama Mauresmo mencuat ketika penampilan impresifnya dalam pertandingan uji coba melawan Jepang U-19 di Toulon Cup 2024.Â
Namun, upaya naturalisasi Mauresmo gagal akibat tidak memenuhi poin-poin naturalisasi dalam regulasi FIFA dikarenakan Mauresmo merupakan generasi keempat yang memiliki darah Maluku. Oleh karena itu, program naturalisasi merupakan program jangka pendek yang lekang oleh waktu, sehingga tidak dapat dijadikan pondasi pembangunan sepak bola Indonesia.