Mohon tunggu...
Pasa Hobi Dermawan Supriyadi
Pasa Hobi Dermawan Supriyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Calon Sejarawan

Mahasiswa tahap akhir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Amukan Lahar Dingin di Desa Sirahan Tahun 2011

21 September 2023   10:18 Diperbarui: 21 September 2023   10:24 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

26 Oktober 2010, goncangan dahsyat terjadi di Indonesia bagian Jawa Tengah. Gunung setinggi 2.930 mdpl mengamuk dengan memuntahkan segala isi perutnya. Segala material berupa batu-batuan, pasir, awan panas, debu vulkanik, lahar, menjadi ancaman bagi masyarakat di sekitarnya. Amukan Gunung Merapi tahun 2010 tidak dapat dikendalikan hingga memakan korban, salah satunya Mbah Maridjan selaku juru kunci. Muntahan Gunung Merapi tahun 2010 menjadi momok bagi masyarakat Kabupaten Magelang khususnya pada Desa Sirahan, Kecamatan Salam. Pada tahun 2011, lahar dingin mengalir deras sampai meluap melalui kali Putih. Berbagai macam kerusakan material maupun psikologis menjadi ancaman nyata. Bahkan, saat ini bencana lahar dingin masih menjadi ingatan kelam masyarakat di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.

Amukan Merapi dalam Catatan Sejarah

Dalam catatan sejarah, Gunung Merapi pernah meletus hebat pada tahun 1006. Hal tersebut masih menjadi perbincangan panas di kalangan sejarawan. Banyak yang mengatakan terdapat kesalahan interpretasi terhadap Prasasti Pucangan yang dibuat oleh Raja Airlangga (1019-1042) tahun 1041. Menurut Kern (1913), menyebutkan bahwa keruntuhan Kerajaan Mataram Hindu disebabkan oleh perang. Namun, Labberton (1922) mengaitkan kemungkinan penyebab runtuhnya kerajaan tersebut disebabkan oleh kejadian vulkanik. Pernyataan tersebut didukung oleh Bemmelen (1949) dengan asumsi bahwa letusan pada tahun 1006 telah mengakibatkan perpindahan Kerajaan Mataram Hindu ke Jawa Timur (S. D. Andreastuti, dkk, 2016). Dengan demikian, letusan besar Merapi yang terjadi tahun 1006 masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan karena peran besar dalam mengungkap sebab perpindahan Kerajaan Mataram Hindu ke Jawa Timur.

Sejarah mencatat sejak tahun 1548 sampai 2001 Gunung Merapi telah melakukan kegiatan sedikitnya sebanyak 80 kali dengan waktu istirahat bervariasi antara tahun 1-7 tahun dan jarak tahun istirahat mencapai panjang 13 tahun. Namun, pada sekitar tahun 1548 sampai 1587 mencapai 71 tahun (M. Muzan, dkk, 2004). Di antara tahun itu sedikitnya terdapat 6 kali erupsi besar yang terjadi, yaitu tahun 1587, 1672, 1789, 1822, 1849, dan 1872. Letusan pada tahun 1822 mengakibatkan endapan awan panas letusan yang cukup tebal di bagian barat laut dan timur laut gunung, diantaranya mengalir ke lembah-lembah Sungai Apu, Lamat, Blongkeng, Batang, Gendol, dan Woro. Secara umum, letusan Gunung Merapi pada abad ke-7 sampai abad ke-19 bersifat eksplosif dan merusak. Setelah itu, letusan Gunung Merapi condong efusif (kecuali tahun 1930) ditandai dengan tumbuhnya ubah lava pada puncak gunung disertai guguran kubah lava yang tersebar ke berbagai arah. Erupsi Gunung Merapi tahun 1930 tercatat sebagai letusan yang sangat besar dengan ditandai oleh guguran kubah lava dan disertai letusan eksplosif, membentuk aliran awan panas hingga mencapai 13, 5 km dari pusat erupsi (Indyo Pratomo, 2006). 

Erupsi Merapi Tahun 2010

Pada tanggal 26 Oktober 2010 sore hari menjelang malam menjadi waktu dimulainya bencana maha dahsyat yang terjadi di Tengah Jawa. Tiga kali letusan Gunung Merapi terdengar sejak pukul 18.10 sampai 18.25 WIB. Awan panas keluar mengarah ke sektor Barat-Barat Daya dan sektor Selatan-Tenggara. Sebanyak 15 orang dikabarkan meninggal dunia. Selang sehari juru kunci Merapi, Mbah Maridjan dikabarkan tewas dengan posisi bersujud. Pada 28 Oktober 2010, Merapi meletus lagi disertai wedhus gembel selama 3 menit ke arah Kali Gendol dengan jarak 3,5 kilometer. (Kedaulatan Rakyat, 26 Oktober 2010; 27 Oktober 2010; 28 Oktober 2010). pada 30 Oktober 2010 sekitar pukul 00.40 WIB letusan dengan ledakan keran dan lelehan lava terjadi. Letusan ini mengakibatkan hujan abu mencapai radius 30 km (Bernas Jogja, 30 Oktober 2010). Tercatat sejak erupsi sampai tanggal 2 November 2010, Merapi telah memuntahkan material lava sebanyak 11 juta meter kubik (Kedaulatan Rakyat, 3 November 2010). Hal ini menjadikan ancaman baru di sekitar kawasan Merapi berupa banjir lahar dingin. Salah satunya terjadi di wilayah Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang yang terdampak lahar dingin melalui Kali Putih pada 23 Januari 2011.

Sejarah mencatat letusan Merapi yang terjadi tahun 2010 meletus sebanyak 84 kali. Meskipun begitu, antisipasi telah dilakukan sejak bulan September, berupa pemantauan, evakuasi, persiapan pengungsian dengan dukungan berbagai pihak (Meassa Monikha Sari, 2017). Namun, antisipasi yang dilakukan tergolong kurang maksimal, hal ini dibuktikan dengan banyaknya korban jiwa yang tercatat sebanyak 1.705 jiwa korban, terdiri dari 1.412 jiwa luka ringan dan 293 jiwa luka berat, korban meninggal sebanyak 332 jiwa. Selain itu, sebanyak 2.874 jiwa mengalami gangguan psikologis. Disamping itu, sebanyak 2.447 rumah rusak berat dan 6.472 rumah rusak sedang (Ahmad Cahyadi, dkk, 2012).

Lahar Dingin Menerjang Desa Sirahan

Pasca erupsi Merapi, masih meninggalkan bencana sekunder yang berdampak bagi masyarakat sekitar, salah satunya banjir lahar dingin. Salah satu lokasi yang terdampak banjir lahar dingin adalah Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Banjir lahar dingin terjadi pada 9 Januari 2011 yang mengakibatkan penutupan wilayah, seperti jembatan Kali Pabelan Prumpung Muntilan, daerah Gempol, Jumoyo, dan Salam. Derasnya arus menyebabkan kerusakan pada beberapa rumah warga di wilayah Prumpung (Kedaulatan Rakyat, 10 Januari 2011). 

 "Akibat lahar dingin itu, di daerah kami kecamatan Salam sungai yang paling besar dialiri lahar dingin itu sungai kali Putih", jelas Pak Susman, ketua RW dusun Ngemplak Lor. Banjir lahar dingin yang menimpa Desa Sirahan berasal dari kali Putih yang melewati dusun Salakan, Jetis, Gemampang, Gebayan Tempelan. "Jadi luapan itu sampai ke jalan jurusan Ngluwar-Gulon itu, jurusan alternatif itu dilalui lahar dingin", lanjut penjelasan Pak Susman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun