Mohon tunggu...
Par Tono
Par Tono Mohon Tunggu... -

Pendidikan terakhir: SI teknik sipil FT-UI Jakarta, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Peluang Indonesia Mengalahkan Malaysia Menurut 'Hukum Kecenderungan Unik'

18 Desember 2013   08:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:48 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat menganalisa soal laga krusial antara timnas Indonesia melawan Myanmar. Pendekatannya memang subjektif, namun juga berdasarkan fakta-fakta yang ada. Saya menyebutnya sebagai hukum 'kecenderungan unik'. Bagi yang belum membaca, silahken klik di sini: http://m.kompasiana.com/post/read/617029/1/kecenderungan-unik-ini-mungkin-membantu-meloloskan-Timnas-Indonesia-semi-final

Dalam pertandingan itu, kita agak terheran-heran dengan penampilan tim Myanmar yang kurang maksimal, sebaliknya timnas Indonesia nampak begitu mendominasi. Saya rasa bukan soal teknis ataupun kurangnya dukungan penonton bagi Myanmar, namun ada faktor X tidak bisa dijelaskan secara rasional. Nah, saya mencoba menganalisanya berdasarkan faktor tersebut sebelum laga dimulai. Yah, secara umum tim Myanmar memang agak kesulitan setiap menghadapi Indonesia pada laga-laga sebelumnya diberbagai ajang dan di seluruh level kelompok umur, tidak hanya timnas U23 saja. Meski mereka pernah menang juga, namun itu dilakukannya dengan susah payah dan umumnya dengan skor yang tipis, sebaliknya timnas Indonesia relatif lebih mudah mengalahkannya, bahkan kadang dengan skor yang telak. Jadi, kecenderungan Indonesia mengalahkan mereka memang lebih besar.

Menarik apa yang dikatakan pelatih timnas Myanmar, Park Sung Hwa, yakni bahwa laga melawan Indonesia sudah dipersiapkan sejak lama. Itu artinya, beliau tahu soal kecenderungan kurang beruntungnya timnya kala hadapi tim Indonesia. Laga melawan Indonesiapun digelar sebagai laga terakhir, bukan laga melawan Thailand. Benar, soal jadwal umumnya dilakukan pengundian, namun tuan rumah biasanya bisa 'sedikit' intervensi. Yah, diam-diam mereka lebih mengkhawatirkan tim kita, ketimbang tim favorit lainnya. Hasilnya, sudah kita ketahui bersama, ternyata hukum 'kecenderungan unik' itu bekerja sebagaimana mestinya. (hihi .. Bisa aja ya ane..). Myanmar sukses dinyungsepkan tim kita.

Lalu bagaimana laga krusial melawan Malaysia menurut hukum 'kecenderungan unik' ini? Tentu menarik untuk dianalisa. Yah, beberapa tahun belakangan ini, Malaysia memang seolah menjadi momok bagi Indonesia. Namun, menurut hukum 'kecenderungan unik' (bisa-bisaannya ane), kecenderungan Indonesia menang terhadap Negeri Jiran itu justru lebih besar. Kesimpulan ini berdasarkan laga-laga kedua tim sebelumnya diberbagai ajang dan semua level tingkatan usia, baik senior maupun junior. Indonesia lebih sering mengalahkan mereka, bahkan sering dengan skor yang mencolok. Sebaliknya dengan Malaysia , meski juga pernah menang, harus didapat dengan susah payah dan kebanyakan dengan skor yang tipis. Memang ada juga yang cukup telak, namun tidak sebanyak yang dilakukan tim Indonesia terhadap mereka.

Sebenarnya, untuk tingkat senior, hingga kemenangan 5-1 atas Malaysia, hukum 'kecenderungan unik' itu masih berlaku, namun setelahnya, kondisinya seperti terbalik. Kita seperti sulit mengalahkan mereka. Penyebabnya adalah tambahan BEBAN faktor 'psikologis' dari para pemain. Jargon-jargon seperti: pokoknya harus menang terhadap mereka, dendam, boleh kalah, asal tidak kalah dengan mereka dan soal-soal lain yang tidak berhubungan dengan soal dibawa-bawa. Ini semua malah membuat para pemain tertekan dan justru seolah malah meningkatkan level Malaysia sebagai lawan paling hebat buat timnas Indonesia. Dulu, saat kita begitu digdaya terhadap mereka, tidak ada hal-hal yang berlebihan seperti ini.

Jadi, agar hukum 'kecenderungan unik' bekerja kembali, sebaiknya buang jauh-jauh aroma dendam, tidak perlu menganggap Malaysia sebagai lawan istimewa namun sama saja dengan yang lainnya dan fokus saja dengan permainan sendiri (tidak terlalu memikirkan mereka). Apabila hal tersebut benar-benar diterapkan, saya rasa hukum 'kecenderungan unik' akan kembali ke 'khittahnya', lebih menguntungken tim kita.. (hihi ..#ngarep.com)

Demikian sedikit analisa yang 'unik' dari saya, semoga bisa menambah sedikit wacana, sembari menanti pertandingan semifinal Indonesia vs Malaysia.

Yang terakhir, saya mohon maaf jika ada komentar yang tidak dibalas karena kompasiana sekarang pun ikutan 'unik' , tidak semua komentar dimuat. Atau, ada yang tampil di full version, tapi tidak di versi mobile dan sebaliknya. Alhasil cuma komentar-komentar yang tampil ajah yang dibalas. Yang tidak nongol, tentu saja tidak bisa dibalas. Aya-aya wae emang kompasiana yang sekarang yahh..

wassalaaam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun