kali ini, aku sisipkan selembar rincian perasaan yang tak pernah terbayarkan. aku ukir pesan pada putihnya tulang sebagai penanda. kulihat tinta, dengan merah aku lukis perasaan pada canvas, supaya engkau berhenti sejenak terpana.Â
Sembari terpana, aku kirim sepenggal puisi yang tak jadi. karena, indah sisanya ada pada dirimu. dalam rubanah, aku menyimpan secarik kertas bertuliskan " kalau kamu menemukan pesan ini di penghujung malam, tertawalah. ini bukan merupakan sesuatu yang mistis, bukan perkara takdir. perasaan yang menuntun dirimu, menangkap tanda yang sembunyi-sembunyi, tak pernah kau sadari".Â
Seringkali, aku abai. menaruh segala tanda pada apa yang hanya aku mengerti. begitu, kira-kira aku mengeluh. Sayang sekali, tak pernah aku menjadi langit, memberikan bintang, aurora, dan pilar cahaya.Â
K