Kita bisa berasa yakin atas segala apa yang telah kita lakukan sebagai sebuah kesementaraan yang kemudian kita jadikan sebagai dasar bagi sesuatu yang sifatnya abadi?
Bagaimana kita menjadi layak untuk itu? Untuk menggapai kesempurnaan surgawi yang kekal dari ketidaksempurnaan duniawi kita yang banal dan bersifat sementara. Apakah ada hukum untuk meluruskannya?
Hasrat manusia, pikiran pikiran subjektif dan feodal, nafsu dan egoismenya. Semua itu telah menjadi penghalang bagi dirinya sendiri. Sebuah upaya pencarian hanya akan membenturkan pikiran manusia pada kedangkalan hasratnya sendiri.
Kebebasan berkehendak yang kemudian justru akan menjadi keterkungkungan. Dan apa yang kita yakini justru akan menjadi jalan yang menjerumuskan kita pada kesesatan. Yang tak lain dan tak bukan hanyalah sebuah kesia - siaan
kurasa secara esensial kesia- siaan bukan diukur dari seberapa besar etos perjuangan yang kemudian melahirkan ketiadaan dan kenihilan, Namun di ukur dari " Tujuan dan kepentingan mu "
Oleh karena itu, Keberanian dan perjuangan harus berlanjut dan punya orientasi yang jelas. bukan mengada - ngada, buta akan resiko , dan harap yang semu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H