Mohon tunggu...
Mohd Damar Afda Dipura
Mohd Damar Afda Dipura Mohon Tunggu... Mahasiswa - Partikel Bebas

Menulis untuk mengingat, Menulis untuk menolak lupa. begitulah kira-kira, Saya berfikir maka saya ada.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Langit Tak Biru Lagi

23 Mei 2024   06:58 Diperbarui: 23 Mei 2024   07:12 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cahaya padam buta dini.
Sangkakala membahana amat sangat.
Tidak perlu isyarat, tidak perlu syarat.
Sungguh, aku penat.
Sepenggal jiwa meradang,
tiada henti kau caci.

Kemanakah aku berlari?
Kemanakah aku pergi?
Langit berdinding kelam,
Segara menjulang tinggi.

Akan kuhapus indah padamu.
bibir memucat, pipi laksana awan.
Jernih bak cawan surga!
Sampai petang,
langit kalut bersimbah keringat.
Malu, cemburu, menatapmu. 


Yogyakarta, 23/05/2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun