Suatu ketika, saya pernah diberi saran supaya menulis. Sebenarnya ada keinginan, tapi ada hambatan "apakah saya bisa menulis? sementara sewaktu di SMA dan kuliah saya tidak pernah masuk jurusan bahasa". Itu argumen yang melekat dipikiran.
Saya pernah mencoba membuat blog sederhana, kemudian menyusun kalimat seadanya agar membentuk cerita. Saya cukup menikmati, meskipun berhenti. Maklum, pada waktu itu saya harus buka tutup laptop dan harus menyempatkan waktu senggang untuk menulis, padahal jadwal di depan mata padat merayap. Mungkin karena kurang tekad akhirnya blog tersebut lama saya tinggalkan.
Waktu pun berganti, muncul  platform-platform digital menulis. Fiturnya pun cenderung lebih mudah untuk posting tulisan. Saya mengikuti salah satunya, menyusun kata dan kalimat sembari belajar melalui berbagai tulisan yang menurut saya bagus. Saya beruntung, banyak materi kepenulisan yang membantu bagi yang minim pengetahuan, seperti saya. Alhasil, saya mulai sering menulis di platform tersebut. Saya juga mencoba platform lain untuk mencari pengalaman.
Saya bagikan tulisan-tulisan tersebut. Awalnya dingin, tanpa ada tanggapan dan komentar. Kecewa, jelas ada. Mungkin seperti rasa kecewa seorang ibu yang sudah capek-capek memasak tetapi tidak ada yang menyentuh makanan. Apakah saya akan berhenti? Tidak. Saya menyadari tulisan saya memang belum layak mendapat apresiasi. Tanggapan orang juga bukan tujuan utama, meskipun dengannya dapat menambah motivasi.
Waktu berjalan, akhirnya ada yang menanyakan kaitan saya menulis.
"Apakah dalam menulis saya mendapat bayaran?" tanya orang tersebut.
"Belum, saya belum pernah" jawab saya singkat.Â
Bagi saya menulis bukan hanya persoalan uang, ada banyak alasan mengapa harus menulis.
Anugerah lupa
Kita dianugerahi sifat lupa, harus disyukuri. Jika tidak lupa, mungkin kita tidak tidur karena pikiran penuh. Â Persoalan pribadi, keluarga, kantor semua terngiang. Masalah yang tadi, kemaren dan waktu sebelumnya akan terus muncul. Akibatnya penyakit fisik maupuan psikis mengancam. Anugerah lupa membuat kita bisa tidur nyenyak dan pikiran lebih tentram.
Namun, karena lupa kita juga bisa kehilangan kesan-pesan kehidupan yang berharga. Untuk itu perlunya menulis. Kegiatan menulis dapat menjadi jalan untuk mengingat kembali pengalaman hidup. Tulisan kita juga dapat menjadi jembatan penghubung memori perjalanan hidup yang telah lupa.
Menulis sebagai wujud syukur
Wujud syukur salah satunya adalah berbagi. Berbagi tidak hanya dalam wujud uang atau barang. Berbagi dapat berupa pengalaman atau pengetahuan. Menurut kita mungkin pengalaman biasa, tetapi bagi orang lain bisa jadi sangat berharga. Melalui tulisan kita dapat menyampaikan pengetahuan dan pengalaman yang pernah kita peroleh. Kita bisa memperbaiki dan menggali lebih dalam, sehingga pemahaman kita bisa lebih baik lagi.