Mohon tunggu...
Slamet Parmanto
Slamet Parmanto Mohon Tunggu... Administrasi - traveller

part time traveller, full time dreamer\r\n\r\nparmantos.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mereka yang Berbahagia akan UU Pilkada

27 September 2014   02:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:21 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14117342311914415167

Mencermati perkembangan film terbaru yang bertajuk The Democracy Betrayal ala Indonesia, dengan aktor utama sekaligus penyanyi nasional Susilo Bambang Yudhoyono saya menyaksikan beberapa reaksi unik nan lucu dari beberapa kawan saya. Tak hanya sumpah serapah dan ekspresi kekecewaan seperti tagline di awal artikel ini. Namun, ekspresi kegembiraan dan rasa senang juga tak kalah menghiasi media-media sosial.

Perlu saya ingatkan, saya sebenarnya tak begitu peduli tentang sistem apa yang akan digunakan untuk memilih pemimpin kepala daerah. Mau pilkada langsung atau tidak, saya ngga ngurus. Karena, selama orientasi politik (aktor politik) sebatas pada kekuasaan bukan untuk mensejahterakan dan memberikan rasa nyaman beribadah bagi umat, sistem apapun yang akan dipakai tak akan merubah apapun. Namun, mengalihkan hak memilih kepala daerah kepada tikus-tikus busuk berdasi yang jauh dari kriteria Ahlul Halli wal Aqdi, tentu semacam membasuh baju kotor dengan air kencing. Tak akan pernah bersih, justru akan semakin bau dan najis.

Yang uniknya, kehadiran serial film terbaru ini telah mendatangkan kegembiraan bagi sebagian orang (mengapa saya katakan serial, karena adegan film tak akan berakhir disini pasti akan disusul dengan adegan yudical review atau adegan uji materi di jalanan atau di meja-meja hakim MK). Mereka itu;

Koalisi Merah Putih. Sudah dapat dipastikan, jika koalisi mereka solid sampai akhir tahun 2019 dan UU Pilkada yang baru saja disahkan tidak mengalami kendala di jalan, maka mereka akan bergembira dengan kemenangan-kemenangan yang akan mereka raih di daerah.  Setidaknya, dari semua propinsi, hanya ada dua yang mereka sisakan bagi koalisi yang mengusung Jokowi. Ya prinsipnya, jika tak bisa pegang kepalanya, setidaknya tangkap badan dan ekornya. Selamat bergembira!

Anggota Dewan. Sudah dapat dipastikan. Penjualan mobil, tas-tas mewah dan jam-jam merek terkenal di Indonesia kedepannya akan meningkat tajam. Karena apa? karena langganan lama mereka (para anggota dewan) akan mendapat pemasukan baru dan sangat besar. Efek dari Pilkada tak langsung, tentunya lembaran-lembaran 100.000 yang dulu banyak ditebar ke masyarakat tak bersalah kini akan beralih ke kantong-kantong para dewan terhormat itu. Tentu, kalau dulu bentuknya masih berupa lembaran rupiah kali ini berganti lembaran dollar. Selamat bergembira!

Calon Kepala Daerah. Nah ini, mungkin merekalah orang yang paling berbahagia dari semua yang berbahagia. Betapa tidak, jika dulu mereka harus keluar uang puluhan milyar untuk biaya kampanye yang mahal dan belum lagi biaya money politic yang makin naik tiap tahun, kali ini biaya kampanye boleh jadi akan dihilangkan. Fokus mereka tinggal menyiapkan -uang suara- yang jumlahnya mudah dikalkulasi itu. Selain soal materi, mereka juga akan berbahagia karena tak akan lagi direpotkan dengan pencitraan. Ndak perlu masuk gorong-gorong, ndak usah mendadak suka blusukan dan ndak harus pidato yang diulang-ulang. Kali ini, dia tinggal duduk manis disambi dengan sedikit lobi-lobi politik yang sudah ketahuan akarnya dimana. Selamat bergembira!

Para Pengusaha. Jika dulu mereka suka gambling karena tidak selalu calon yang mereka sokong memenangkan pilkada, namun kali ini mereka seperti mendapat sebuah kepastian. Dan hal ini yang paling penting bagi mereka, wong namanya bisnis itu butuh adanya kepastian. Selain itu, ongkosnya boleh jadi menurun seiring hilangnya biaya untuk kampanye umum. Modal dikit dapetnya pasti, begitu sederhananya. Selamat bergembira

Kader PKS. Loh kok bisa ikut senang? tentu selain para kader PKS bergembira karena partainya mendapat keuntungan dari bergabungnya dalam koalisi merah putih, juga kader-kader gross root juga tengah bersukaria akan hal lain. Berdasar pantauan saya, di media social sebagian kawan-kawan saya yang juga kader partai ini punya dalih mengapa Pilkada tak langsung patut mereka syukuri. Mereka berdalih, jika selama ini aktivitas dakwah yang mereka jalani sering mis-orientasi. Setiap pertemuan, setiap pengajian sering direpotkan tentang urusan pilkada atau yang berkaitan tentang itu. Mereka sebenarnya mereka mulai jengah menghadapi, mencounter isu atau mempromosikan calonnya saat musim-musim kampanye. Bagi mereka lebih nyaman berdakwah, berinteraksi dengan masyarakat jika jauh-jauh dari urusan politik dan fokus pada pembinaan agama, sosial atau semacamnya. Selamat berbahagia.

Rakyat Indonesia. Dan yang terkahir ini, seharusnya juga ikut berbahagia. Tak apa bersedih karena hak memilih kita dipasung, hak mendapat saweran dari calon dihentikan, hak meningkatkan penghasilan dari industri percetakan diganggu dan akibat buruk lainnya. Tapi setidaknya, Pilkada tak langsung mampu melokalisir kejahatan. Biarlah tindak kejahatan (membeli suara, sogok menyogok, tawuran saat kampanye, atau caci maki di media sosial) cukup dinikmati saja oleh mereka orang-orang jahat (anggota dewan dan sejenisnya) itu. Biarlah dosa akan kejahatan menjadi milik mereka, biarlah kebobrokan akhlak cukup menimpa mereka bukan kepada orang-orang desa yang berwajah lugu yang dibeli akal sehatnya seharga lima puluh ribu. Selamat berbahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun