Mohon tunggu...
Slamet Parmanto
Slamet Parmanto Mohon Tunggu... Administrasi - traveller

part time traveller, full time dreamer\r\n\r\nparmantos.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konflik Suriah, Awal Perang Dunia ke-3?

26 November 2015   15:27 Diperbarui: 26 November 2015   15:27 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eskalasi hubungan barat dan timur memanas pasca tertembaknya Sukhoi-24 milik Rusia oleh F-16 Turki di perbatasan Turki-Suriah. Turki menyebut, insiden tersebut sebagai defense act atas pelanggaran teritori wilayahnya oleh Rusia (1), bahkan sudah diperingatkan sebelumnya sebanyak sepuluh kali. Rusia tentu membantah hal ini, meskipun fakta real tetap bepihak pada Turki.

Perang statmen antar dua negara ini pun kemudian mengembang, masing-masing tidak mau disalahkan.

Sementara dunia, berharap cemas. Hingga sampai kapan, kekuatan militer terbesar di barat dan timur ini kemudian meresponnya dengan sembrono.

Insiden ini serius. Statusnya wait and see, sampai pemimpin-pemimpin negara dengan kekuatan militer terbesar dunia ini, salah mengambil keputusan. Jika itu terjadi, siap-siap Perang Dunia ke 3. Wiih ngeri.

Tapi mari kita lihat apa yang terjadi sebenarnya, sebelum kita memposisikan diri.

Fakta Konflik Suriah

  1. Suriah adalah wilayah terbesar dari dataran yang dulu terkenal dengan Syam (levant). Posisi ini sangat strategis, karena terletak di jantung arab dan di tengah-tengah persimpangan barat (eropa) dan timur (timteng-asia). Selain itu, posisinya sangat dekat dengan Palestina (Israel).
  2. Daerah ini tidak (begitu) kaya dengan sumber daya. Cadangan minyak ada, tapi tidak sebanyak Iraq atau Arab Saudi, bahkan Kuwait sekalipun.
  3. Ada tiga pemain besar dalam konflik Suriah. Pertama; Rezim keji Assad plus Rusia dan Iran, kedua; FSA (Free Syrian Army) plus Turki dan NATO, ketiga; ISIS dengan dukungan AS dan Israel.
  4. Awal perang Suriah, yang bermula dari aksi reformasi damai tahun 2011, yang kemudian berubah menjadi revolusi rakyat melawan rezim, sebenarnya hanya melibatkan kelompok pertama dan kedua saja. Namun, berhubung Amerika yang merasa tidak punya peran dalam konflik, kemudian ia bersama Israel, membuat operasi militer dengan codenamed Hornet’s Nest (2) pada akhir 2013, yang kemudian menelorkan ISIS. Faksi ketiga ini, bertujuan untuk mengacau kekuatan antara dua kelompok sebelumnya. Terbukti, ISIS yang kemudian menjadikan dua kelompok kekuatan ini menjadi musuh sekaligus.
  5. Tidak benar, jika dikatakan Rusia hanya ingin memerangi ISIS. Karena nyatanya, serangan besar-besaran justru ditujukan ke basis kekuatan FSA dan etnis Turkmen yang di dukung Turki, baca beritanya di sini (3). Jadi, jelas Rusia ingin mempertahankan pengaruhnya di timur tengah, dengan memutus kekuatan antara Arab dan Turki (dan juga Eropa).
  6. Sementara Turki sebaliknya, ingin kembali mewujudkan ide ‘penyatuan Arab-Turki’ yang hampir satu abad terakhir terpecah belah, akibat kalah perang pada PD I.
  7. Sementara AS dan Israel, tidak menyukai ide keduanya. Maka, dibuatlah ISIS sebagai pengacau sekaligus membagi margin kekuatan.
  8. Simpulnya; Konflik Suriah adalah konflik teratori atas wilayah Syam (motifnya mirip perang di Afganistan) antar tiga kekuatan besar atau bisa disebut ‘konflik cinta segitiga’.
  9. Dan tentu saja, selain masalah teritori. Konflik suriah juga berenergikan ideologi, dan konflik besar selalu dilatar belakangi seperti itu. Itu sudah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu.

Lalu Apakah PD 3 akan terjadi?

  1. Belum, artinya tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini.
  2. Karena tampaknya, kedua kekuatan (Rusia plus Iran dan Turki plus NATO) berusaha menahan tensi.
  3. Masih ingat perang dingin tahun 50-an, yang sempat memanas bahkan lebih panas, nyatanya tidak sampai pecah perang. Itu artinya butuh pemicu yang ‘lebih besar’ ketimbang sekedar tertembaknya Sukhoi.
  4. Selain itu, dua kekuatan ini sebenarnya saling membutuhkan. Eropa dan Turki butuh gas dan minyak dari Rusia, sedangkan Rusia dan Iran butuh jualan agar ekonominya berjalan. Sebelum masing-masing merasa cukup, perang tak akan terjadi.
  5. Sebenarnya, insiden penembakan kemarin, selain sebagai defense act juga sebagai peringatan keras agar Rusia dan aliansinya tidak main-main (membombardir wilayah yang dikuasai FSA) dengan Turki dan NATO-nya.
  6. Resolusi konflik (jangka pendek): pembagian wilayah Suriah, seperti yang terjadi di Sudan.
  7. Jika tidak terbentuk, ya welcome WW chapter III.

Lantas apakah PD3 akan benar-benar terjadi? wait and see!

Dan, Indonesia mesti bijak memposisikan diri, sebagai negara dengan kekuatan militer nomor 12 dunia tentu memiliki peran teramat penting nantinya.

Sumber foto dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun