Mohon tunggu...
Slamet Parmanto
Slamet Parmanto Mohon Tunggu... Administrasi - traveller

part time traveller, full time dreamer\r\n\r\nparmantos.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Jangan] Karena Wajah Jelek Seseorang, Paspampres Berhak Mengusirnya

10 September 2014   23:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:04 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14103400371530795599

Di tengah-tengah hingar bingar pergantian kepemimpinan negeri -tentrem loh jinawi - ijo royo-royo - padang dalane - ini, ada kabar yang menggelitik sense of humor saya. Sebenarnya sih antara rasa prihatin dan pengin ketawa. Sampeyan pasti masih ingat dengan Andian Napitupulu? poli-tikus dari partai banteng gemuk pimpinan Megawati, yang beberapa bulan yang lalu wajahnya sempat menghiasi media online maupun televisi kita. Anggota dewan terpilih 2014-2019 yang sekaligus anggota tim kampanye nasional Jokowi-JK ini memang sudah tak asing lagi sepertinya. Tapi..., mungkin tidak bagi anggota Paspampres. Nasib sial menerima mantan aktivis kiri dari Forkot ini, dia diusir saat ingin menghadiri undangan peluncuran lagu baru Slank (yang juga dihadiri presiden terpilih Jokowi). Lho kok iso?

Entahlah, tapi bagian ini yang menarik. "Tarolah saya target yang dicurigai, mungkin karena wajah saya segala macam. Tapi, kalau aslinya jelek mau bagaimana. Dulu waktu saya kuliah hukum ada teori Lombroso, katanya orang jahat karena struktur wajahnya. Mungkin saya termasuk ke dalam teori itu," kata Adian, saya kutip dari media online yang berjudul sama dengan artikel ini.

Teori Lomborso, teori usang 200 tahun yang lalu ini mungkin jadi jawabanya. Bahwa cara mudah untuk mengidentifikasi penjahat itu, ya salah satunya dengan tampilan wajahnya. Sebuah anti-thesis dengan kata pepatah yang populer akhir-akhir ini "Don't judge the book by its cover."

Sadis tur prihatin. Jika di era sekarang ada orang dan apalagi itu se-level paspampres masih mempraktekkan teori ini. Mengusir seseorang hanya dikarenakan (maaf) buruknya wajah seseorang. Toh, tingkat 'kejelekan' wajah seseorang itu banyak macam dan versinya, kita tak bisa menilai kalau wajah Adian itu sebagai indikator jelek atau wajah -berkarakter penjahat- seseorang, bukan? lantas apa dasar yang dipakai anggota paspampres hingga berani mengusirnya?.

Saya jadi membayangkan, kalau apa yang dialami Adian itu, juga terjadi kepada kita. Ndak usah muluk-muluk ketemu dengan Pak Presiden lah, cukup seandainya kamu mau sowan dengan calon mertua. Piye perasaanmu kalau kamu, tanpa panjang lebar bahkan sempat dengan ancaman, kamu diusir dari rumah pacarmu? gara-gara wajah 'jelek'mu itu, bapak dari calon isterimu itu mengira kalo kamu seorang pencoleng yang datang siang bolong. Ngenes tho?

Cantik itu relatif, tapi kalau jelek itu mutlak. Sebuah stereotip penuh kesombongan yang biasa keluar dari mulut kaum 'ganteng' jumawa. Gimana ngga jumawa, wong wajah yang kita miliki itu anugerah Tuhan untuk kita. Sejelek-jeleknya kita pasti masih ada yang lebih jelek. Eh bukan, maksud saya sejelek-jeleknya kita tidak selalu berarti tingkah laku kita juga seburuk itu. Ada kok, orang berwajah 'jelek' tapi kaya raya dan dermawan, ada juga yang punya isteri cantik dan baik kepada anak-anaknya, bahkan ada yang jadi pejabat tinggi atau anggota dewan (bukan berarti saya menganggap Adian juga jelek lho).

Jadi buat kamu, jangan minder. Ojo isinan. Kalau kamu merasa hidungmu kurang melar dua centi, atau jidatmu kelewat lebar atau juga tubuhmu yang berukuran jumbo. Lha wong wajah ganteng itu tidak selalu sumber kebahagian seseorang, apalagi menjaminmu masuk surga. Karena pada dasarnya wajah jelek itu, hanyalah kegantengan yang tertunda.

Ilustrasi dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun