Aku bertemu lagi
Bertabrakan tepatnya
Bertabrakan dengan keadaan yang belum pasti
Itulah yang aku lihat sepintas saat ku tatap sinar matamu
Saat pertama itu aku bertemu beretorika sebentar dan bertanya
Saat gerimis tak diundang menjelang siang
Pagi yang kurang bersahabat bagi kita
Sedikit sentimentil saat itu dan kini kita terjebak
Langit seperti menangis tiada henti
Siapa yang menyakiti
Melihat kaki yang saling berayun terombang ambing oleh angin yang memecah
Kikuk. Aku bak dihantam kebodohan
Kelu bukan kepalang lidahku
Aroma wangi yang segar memanja indraku
Seketika aku terhanyut dalam aroma khas
Sayangnya pandang kosong penuh teka teki
Luka teramat sangat nampak disaat kau grakkan alismu
Ingin kurangkul dan ku bawa dalam dekapan
Agar kau tak terbebani pikiran
Membuatmu nyaman dalam bahuku itu saja
Sedikit obat tentu agar kau ceria lagi
Membuang penat yang menyeretnya dalam kepalsuan
Ingin ku tunjukkan bintang yang tampak kecil padahal kitalah yang kecil
Cahaya ajaib entah dari mana datangnya bukan
Sekalipun matahari tidak akan cukup untuk memberi
Agar kamu tahu kalau mungkin kita lah yang lupa
Gemuruh bersahutan diatas kepala
Genting bergetar
Tanganmu terhenyak saat itu juga, aku merasakannya
Aku harus berterimakasih
Terimakasih
Akulah nyatanya terhenyak
Jalanan kecil membawa kami
Kamu dan aku tepatnya
Melihat itu dunia rasanya tak berpenghuni
Tak ada lagi
Aku terhanyut saat itu juga
Hingga kini tepatnya
Kamu dan senyuman itu
Aku tak kuasa melepas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H