Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selamat

8 Oktober 2024   09:21 Diperbarui: 8 Oktober 2024   09:27 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


untuk yang bernyanyi dengan sederhana
berbahasa dengan lidah kaktus
berbudaya dengan kaki lima
berkelana dalam jiwa yang senyap
merayap dan menyergap

orang bisu itu
pemilik kursi listrik itu
pelayat bernyanyi riang di bawah senapan
aku?
si bisu

kakikak kiaki
mengatakan selesaikan

diseberangsana
dihadapan senapan dia berkata coba kalau bisa
20 tahun sudah
semua

kita semua tahu
petir disiang bolong
jangan berlebihan ini biasa
di kampung yang buta aksara
masih balita

si bisu
menulis dengan tergesa
dengan tangan yang diikat pada kursi
content is the king

bersiul
memeluk cahaya

ada mati
aku tak takut
matiku lebih baik
adaku masih melanjut berdendang
meski hanya dengan bertapal selendang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun