Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Benalu

6 Oktober 2024   13:51 Diperbarui: 6 Oktober 2024   14:03 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku adukan besok padamu Bung. Kalau bisa
Sambil ngopi di telaga diatas rawa yang tenang tanpa prasangka
Diskusi kita mungkin hanya buih. Saat itu Aku tak lagi kembali
Tenanglah disana bung. Perjuanganmu dahulu masih menancap jelas di ubun-ubun

Permadani berkelebat menuju kerumun
Mereka diam dan hanya melirik
Kereta kuda berhenti. Kusir menarik pelana
Sepatu emas hitam dan balutan putih kanselir datang
Mengumandang teladan. Mencoba menghentikan pembataian akal
Serdadu kelabang seribu menjaga ketat
Seketika

Itulah yang terjadi
Wajah penuh muram dan lesu kini tenang
Tak ada rasa. Mereka kembali jua
Sekumpulan gagak hitam membawa mereka dengan perkasa
Lima pangeran selamat. Sementara waktu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun