Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ku Kembali kan

29 September 2024   20:45 Diperbarui: 29 September 2024   20:46 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tahukah bahwa dingin itu nikmat
Dingin menjelma menjadi gelak tawa
Tawa menjelma hiruk pikuk
Pikuk yang menggema di kawah Candra dimuka malam itu

Jangan mengatai dingin kalau belum merasakan menggigil di terkam semilir
Jangan pula mencerca dingin dalam hangat
Dingin hanya siklus yang meronta
Panas hanya bumbu gelap yang menggunung

Dingin malam ini hinggap bersama genangan awan yang membuncah
Dedaunan yang tak henti jua disambut luapan
Orang memanggil hujan agar mampu bertahan, ini kali keberapa
Orang terbiasa bersenandung saat datangnya hujan
Aku

Aku diam dipojok rembulan memangku dagu
Aku diam saja di altar memandang kelelawar yang berbalik arah
Adzan tlah dikumandangkan
Semua berhambur entahlah aku melihat bayangan hitam bukan kesurau tapi sisi lain
Aku

Dilangit hitam yang nanar itu
Kini aku melihat cahaya
Cahaya antara membentuk bias nyaris termakan usia
Aku diterpa tasbih angin sejuk
Digenggamnya dan seraya berbisik
Aku bukan pilihan

Nafas menengadah hujan asin membasahi setiap jengkal
Tak tersisa menggenang dan memuncak
Kubah yang dulu kulihat di kejauhan kini entah
Bayang hitam itukah

Bukan sang waktu yang durjana
Bukan pula ruang yang sempit
Tapi
Batok kepala yang tak ada isinya itu terlalu bersinar diantara ruang kosong tak Bernadi
Tuan bisa kau kembalikan utangmu

Suara bergemuruh diatas awan
Lesatan demi lesatan malam ini seraya bertanya
Satu kata saja sebentar lagi kulunasi
Gelas tlah kosong ku isi kembali begitu sampai tak terasa

Esok pagi yang silau
tak ada suara sijantan
Tak ada kumandang
Tak lagi kudengar apapun
Yang ada hanya otak kosong
Aku tak lagi bisa melunasi

Amnesti itulah pikirku aku hanya mau kembali
Sambil berharap
Meski terkesan gila. Lebih baik dari pada hanya berpangku tangan dibawah jendela
Kemasgulan saja pikirku dan kulanjutkan tidur asingku

Lama aku terperangah dalam dalam
Disini
Tak ada detak kujumpa
Tak ada keadaan
Aku
Tlah sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun