Mohon tunggu...
parman rudiansah
parman rudiansah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, tidak suka berisik, dan menulis puisi bagian caraku menafsir tabir

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Baiklah

31 Agustus 2024   17:57 Diperbarui: 31 Agustus 2024   17:59 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senandung menggelora beramairamai

Inikah akhir perjalanan sebenarnya

Inikah awal untuk keabadian

Aku tergeletak di pemandian air panas malam itu

Berlindung kaki dari terik panas bumi

Alangkah indah keangkuhanmu sayang

Aku tak menyangka

Aku biarkan lidah ini meluncur bagai es

Menghantam Tidurnya kebiasaan

Siapa yang peduli pada permaisuri

Biar aku sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun