Mohon tunggu...
Parlin Simanjuntak
Parlin Simanjuntak Mohon Tunggu... Freelancer - Penerus Perjuangan NagaBonar

Penerus Perjuangan NagaBonar

Selanjutnya

Tutup

Money

Isu Pembakaran Mushola, Upaya Bawa Konflik Semen Rembang ke SARA

11 Februari 2017   21:53 Diperbarui: 12 Februari 2017   01:30 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lini masa media sosial dikagetkan dengan beredarnya  tuduhan kepada masa pro pabrik Semen Rembang yang membakar mushola yang dibangun penolak pabrik Rembang. Padahal yang dibakar oleh sekelompok masyarakat adalah tenda-tenda milik semunya, baik tenda milik "PRO" dan "KONTRA" dibakar agar tidak ada lagi pihak-pihak yang mengganggu pihak lain. Supaya tidak ada lagi masa yang berhadap-hadapan. Isu SARA ini hal yang berbahaya, ditengah upaya Pemerintah berjuang keras untuk terus merajut kebhinekaan yang serasa retak dengan maraknya berbagai isu SARA di Pilkada, persoalan maraknya tenaga kerja asing yang illegal, pemalsuan KTP dan lainnya. Justru di Rembang yang notabene adalah daerah yang kebhinekaan sangat kuat karena disatukan oleh kultur budaya berbasis keagamaan, apalagi ada 2 (dua) kyai kharismatik yang menjadi acuan berbagai pihak yaitu KH. Mustofa Bisri dan KH Maimun Zubair.

Pun demikian warga yang pro dan kontra Pabrik Semen Rembang, ngaji dan cari ilmu sama-sama kepada kedua kyai kharismatik tersebut. Bahkan berkali-kali pihak Semen Indonesia audiensi kepada KH. Mustofa Bisri dan KH Maimun Zubair. Lalu ada peristiwa hari Jumat, 10 Februari 2017 yaitu Blokade warga penolak pabrik Rembang kepada staff adminstrasi, tenaga kebersihan dan satpam Pabrik Semen Rembang yang sudah berhenti beroperasi sejak dicabutnya Ijin Lingkungan oleh Gubernur Jawa Tengah dalam rangka menindaklanjuti keputusan Mahkamah Agung.

Mengutip dari kaskus, sungguh keterlaluan warga kontra Pabrik Semen Rembang. Bayangkan aset negara senilai Rp 5 triliun yang berhenti beroperasi dan akan dijaga supaya tidak dicuri pihak tidak bertanggung jawab, dibersihkan supaya tidak berkarat tidak diperbolehkan. Pihak kontrak pabrik Semen Rembang ibaratnya tidak bisa membedakan mana “mobil dalam keadan hidup/stater” dan “mobil dalam keadaan diam”.

Analogi yang paling ekstrim saja barang bukti yang disita kejaksaaan maupun KPK tetap saja harus dirawat meskipun itu hasil korupsi supaya tidak ada kerugian negara jika nanti dilelang. Ini pabrik yang jelas milik Negara, yang labanya masuk APBN lalu kembali ke rakyat. Dalam kondisi menghormati keputusan Gubernur Jawa Tengah pabrik tidak beroperasi, yang tentu harus dirawat supaya kelak jika ada keputusan boleh beroperasi ataupun harus pindah lokasi, kondisi mesin masih dalam keadaan baik, oleh penentang pabrik Semen Rembang tidak boleh dirawat dan dijaga. Lalu jika mesin pabrik dipreteli pencuri dan dijual siapa yang menanggung kerugian negara.

Sungguh keterlaluan penolak Pabrik Rembang, bukankah mereka juga butuh kehadiran negara. Lha ini aset negara yang untungnya masuk negara tidak boleh dipelihara. BUMN adalah salah satu sendi negara, tercatat kontribusi BUMN di APBN tahun 2016 dalam bentuk Deviden sebesar Rp 34,16 triliun dan dalam bentuk Pajak Rp 183 triliun atau total lebih dari 10% APBN berasal dari BUMNn, 

Ibarat bumi hangus, para penolak pabrik Semen Rembang sepertinya ingin “tidak ada yang tersisa dari pabrik Semen Rembang”. Setelah ijin operasinya dicabut Gubernur Jawa Tengah atas perintah MA, para penolak juga berkeingingan asetnya “rusak” sehingga tidak bisa dipakai. Mereka rupanya trauma dengan perjuangan di Pati tahun 2008 yang menolak pabrik Semen Indonesia di Pati, kemudian mesin-mesin dipindah ke Tuban. 

Sehingga BUMN Semen Indonesia yang milik negara (NKRI) tetap bisa berproduksi dan menjadi kebanggaan bangsa. Seperti perang kemerdekaan, meski Ibu Kota Yogyakarta sudah diduduki Belanda, ternyata Republik Indonesia masih berdiri dengan pindahnya pemerintahan ke Bukit Tinggi. Rupanya seperti penjajah Belanda, para penolak pabrik Semen Rembang tidak mau kecolongan dengan kisah perjuangan mereka di Pati 9 tahun yang lalu, taktik bumi hangus sedang dipraktekan para penolak pabrik Semen Rembang.

Masak iya....... warga pro Pabrik Semen Rembang sampai membakar mushola, lhaa.....pabrik Semen Rembang belum berdiri yang dibangun terlebih dahulu adalah “Masjid didalam kompleks pabrik” agar karyawan dan pekerja proyek tetap bisa beribadah selama bekerja. Tentunya warga pendukung Pabrik Semen Rembang sangat menjaga tempat ibadah. Sudah milyaran bantuan renovasi tempat ibadah dikeluarkan Semen Indonesia, ini tentu juga menunjukkan warga yang dibina BUMN ini adalah warga yang sangat menghargai tempat ibadah . 

Saat 3.000 pekerja Pabrik Semen Rembang dan supplier "DIRUMAHKAN" karena pabrik tidak beroperasi dan "pengangguran sementara" ini tidak sekalipun bertindak kasar dan intimidatif kepada warga kontra yang jumlahnya hanya puluhan semata. Warga Pro "menunggu" hasil uji Tim Amdal yang diajukan untuk mendapatkan ijin lingkungan PT Semen Indonesia yang baru. Dengan sabar....sabar...sabar....menunggu prosedur agar pabrik diijinkan kembali beroperasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun