Getting Old : Rock Ballad yang mengajari kita tentang Paradoks Amerika
Amerika tetaplah negara adidaya saat ini, meski ada pesaing baru seperti Rusia dan China. Usia negeri ini kurang-lebih 2 abad. Kendati demikian kemajuan yang dicapai Amerika hingga saat ini sudah jauh melampaui Eropa yang boleh dibilang adalah tanah nenek moyang bangsa Amerika di samping Afrika dimana budak-belian asal Afrika dipekerjakan di perkebunan Amerika yang kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari bangsa Amerika yang asal-usulnya beranekaragam itu.
Dilihat dari perspektif kebudayaan. Yang pasti Amerika unik dalam hal musik misalnya. Migran pertama dulu seperti yang kita lihat dalam film seri A Little House on the Prairie, dimana ada warga yang menyandang guitar akustik dan biola, lalu keduanya memainkan musik prairie sesuai zamannya, orang-orang sekampung pun menonton seraya berjoget gembira. Di daerah Appalachia, contoh lainnya, kita mengenal musik Blue Grass yang dimainkan dengan teknik cepat tapi akurat seperti petikan guitar Billy String yang kita dengar di Spotify. Lalu ada Janis Joplin dan Beth Hart kini yang menyanyikan lagu-lagu blues yang sebetulnya dulu didendangkan oleh orang-orang negro pertama di Amerika. Dari Blues kemudian berkembang musik Jazz yang kita dengar melalui tiupan trumpetnya Louis Armstrong, dan tenor Saxophonenya Stan Getz. Lagu-lagu pop berkembang pesat dengan sosok Michael Jackson yang mendunia dan legendaris itu. Tak ketinggalan musik-musik country yang ditangan John Denver dia menjadi musik kampung yang keren yang banyak menarasikan betapa indahnya Grand Canyon, betapa hebatnya Rocky Mountain High, betapa ia akan terbang jauh dan tetap pulang ke kampungnya yang indah rupawan itu. Contoh lainnya lagi lagu-lagu di masa perubahan Amerika gegara perang Vietnam dalam Blowin in the Windnya Bob Dylan dst.
Lebih mengkhusus lagi dalam musik rock Amerika. Rock di AS tak hanya sekadar musik hingar-bingar seperti Aerosmith misalnya. Yang bernuansa romantis bahkan melankolis malah lebih banyak. Untuk mudahnya kita sebut saja Rock Ballad atau lagu-lagu ballada dalam musik rock. Melalui petikan guitar dalam setiap pergantian roffel, lagu-lagu rock ballad seperti ini bahkan sangat melodious di tangan yang tepat.
Apakah rock ballad itu merepresentasikan perjalanan budaya Amerika, bisa kita lihat dari syair-syair lagunya, bisa itu tentang Broken Wing, tentang melewati sebuah tembok dimana setelah itu takkan ada lagi masalah, takkan ada lagi perbedaan yang membuat manusia berbenturan habis-habisan dst dst.
Apakah Rock Ballad itu sebuah gambaran tentang bangsa Amerika itu sesungguhnya, yaitu bangsa yang romantik dan sangat melodious dalam merefleksikan perjalanan hidupnya.
Dalam keilmuan ada argumen kuat bahwa musik, termasuk rock ballad, merupakan ekspresi budaya yang mencerminkan karakter, pengalaman sejarah, dan nilai-nilai suatu masyarakat.
Romantisme dan melodi dalam musik Rock Ballad Amerika
Rock ballad memiliki kekuatan emosional yang mendalam. Melodi yang harmonis dan syair yang penuh makna seringkali mencerminkan perjalanan hidup yang penuh tantangan, cinta, kehilangan, dan harapan. Lagu-lagu seperti "I Don't Want to Miss a Thing" dari Aerosmith atau "More Than Words" dari Extreme adalah contoh klasik yang memperlihatkan sisi emosional bangsa Amerika yang tak selalu tampil dalam citra "tough" mereka.
Perjalanan budaya yang terefleksi