Tak semua bagian dunia ini memandang masalah konflik Gaza dan Lebanon dengan kacamata yang berimbang, sebagaimana halnya di Indonesia dimana banyak media di negeri ini seperti Tempo, Sindo news, Detik, TVOne, MetroTV dll  anehnya malah mempahlawankan Iran, dan membesar-besarkan hasil pembicaraan Liga Arab yang seakan telah mempersatukan Iran dan Turki dengan dunia Arab, yang tentu statementnya dipenuhi dengan bias yang berlebihan yang mereka lancarkan melalui Al Jazeera dst.
Analisis terhadap situasi konflik antara IDF dan Hezbollah di Lebanon memerlukan perspektif yang mencakup berbagai dimensi seperti militer, politik, media, dan dinamika regional.
Dinamika konflik di lapangan
Pernyataan Kepala Staf IDF, Herzi Halevi, menunjukkan operasi militer yang intensif terhadap Hezbollah, termasuk serangan udara dan darat yang telah merusak infrastruktur serta komando senior Hezbollah. Jika angka korban mencapai 1.500 anggota seperti yang diklaim, ini merupakan pukulan besar bagi Hezbollah.
Penembakan lebih dari 75 proyektil dan penggunaan UAV oleh Hezbollah mencerminkan strategi mereka untuk mempertahankan serangan meski berada di bawah tekanan berat. Strategi ini bertujuan untuk mempertahankan legitimasi dan dukungan dari konstituen mereka di Lebanon maupun sekutu regional, di Tengah keputusasaan mereka tentunya.
Analisis strategis
Israel berupaya mempertahankan superioritas militernya dengan melakukan serangan preemptive untuk mengurangi ancaman strategis dari Lebanon selatan. Tujuan utamanya adalah memastikan Hezbollah tidak lagi mampu melancarkan serangan skala besar yang dapat merusak stabilitas di wilayah utara Israel.
Hezbollah tidak hanya merupakan aktor lokal di Lebanon, tetapi juga proksi strategis Iran. Kekalahan signifikan di medan tempur dapat berdampak pada kredibilitas Iran di kawasan dan memperlemah pengaruhnya dalam konflik regional yang lebih luas.
Media dan narasi
Media seperti Ynet News cenderung menyoroti keberhasilan operasi IDF untuk menggalang dukungan domestik dan internasional. Fokusnya adalah pada aspek militer untuk memusnahkan kelompok terror di middle-east, dengan meminimalkan narasi terkait dampak kemanusiaan atau kerusakan sipil.
Al Jazeera dan media serupa sering kali memposisikan Hezbollah dan Iran sebagai pembela Arab-Palestina dan dunia Islam. Narasi ini bertujuan untuk menggalang dukungan dari populasi dunia Arab yang mayoritas mendukung perjuangan Arab-Palestina.