Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jajak Pendapat Trump Vs Harris Berjalan Ketat

25 Oktober 2024   17:19 Diperbarui: 25 Oktober 2024   17:32 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capres AS Donald Trump dan Kamala Harris. (Sumber: hollywoodreporter.com).

Beberapa strategi yang kemungkinan besar akan diambil : Fokus pada isu-isu lokal. Kedua kandidat kemungkinan besar akan memusatkan kampanye mereka pada isu-isu spesifik yang relevan di setiap negara bagian tersebut, seperti ekonomi lokal, pengangguran, kesehatan, atau pendidikan. Menggunakan data survei yang lebih detail untuk memahami kebutuhan spesifik pemilih di setiap negara bagian dapat memberikan mereka keunggulan; penggerakan pemilih. Pada tahap ini, kemampuan untuk memobilisasi pemilih potensial, terutama yang jarang memilih atau pemilih swing, sangat penting. Upaya door-to-door, kampanye media sosial, serta penggalangan suara melalui koalisi lokal bisa sangat efektif; debat dan penampilan publik terakhir. Kinerja kedua kandidat dalam acara-acara publik terakhir akan sangat diperhatikan. Karena banyak pemilih masih ragu, penampilan yang meyakinkan dan pesan yang kuat dari salah satu kandidat bisa memberikan dorongan terakhir yang dibutuhkan untuk memenangkan suara.

4. Pengaruh faktor eksternal

Faktor-faktor eksternal yang bisa mempengaruhi hasil akhir meliputi kondisi ekonomi. Jika dalam dua minggu terakhir ada kejadian ekonomi besar yang mempengaruhi stabilitas finansial atau keamanan pekerjaan pemilih di negara bagian tersebut, itu dapat menggeser preferensi pemilih; isu sosial dan perpecahan politik. 

Peristiwa nasional atau internasional yang signifikan, seperti masalah keamanan, kerusuhan sosial, atau kebijakan luar negeri, juga dapat mengubah pandangan pemilih dengan cepat; kredibilitas kampanye dan sentimen pribadi. Citra pribadi kandidat serta bagaimana pemilih memandang karakter mereka dalam menghadapi tekanan dapat menjadi penentu. Misalnya, persepsi mengenai kejujuran, empati, atau kapabilitas kepemimpinan seringkali muncul sebagai faktor penting dalam pemilu ketat.

Pemilu yang sangat ketat ini memperlihatkan kedua kandidat memiliki peluang yang sama untuk menang di negara-negara bagian medan pertempuran. Pada akhirnya, hasil akan bergantung pada strategi kampanye akhir yang dijalankan, kemampuan menggerakkan pemilih swing, dan juga pengaruh faktor eksternal dalam minggu-minggu terakhir. Kendati saat ini jajak pendapat menunjukkan posisi yang imbang, faktor-faktor kecil namun kritis dapat mengubah dinamika dalam hari-hari terakhir sebelum pemilu.

Electoral College

Andaikan Trump tidak memenangkan suara terbanyak dalam pemilu 5 Nopember yad, yang menjadi pertanyaan dapatkah ia memenangkan electoral college. Karena Demokrat telah melakukan segala cara untuk menutup jalan Trump menuju kemenangan, meski dalam isu-isu tertentu Demokrat dianggap gagal total, misalnya konflik Ukraina Vs Rusia, konflik Israel Vs Iran dengan segala proksinya di middle-east, keraguan AS dalam masalah Taiwan. Di dalam negeri pun demikian, misalnya Isu perbatasan dll. Biden dkk dianggap menjerumuskan bangsa Amerika ke jurang kemiskinan dan kriminalitas yang semakin menganga.

Ini adalah tantangan yang kompleks bagi Donald Trump dalam menghadapi pemilihan presiden di Amerika Serikat, terutama mengingat lingkungan politik yang sangat terpolarisasi dan berbagai tantangan domestik dan internasional yang dihadapi pemerintahan Demokrat saat ini.

1. Peluang kemenangan Trump di electoral college meski kalah suara populer

Di AS, pemilu presiden ditentukan oleh Electoral College, bukan suara populer nasional. Dalam beberapa kasus, seorang kandidat bisa kalah dalam perolehan suara nasional tetapi tetap memenangkan kursi kepresidenan melalui Electoral College. Hal ini sudah terjadi dua kali dalam dua dekade terakhir, yaitu George W. Bush pada tahun 2000 dan Donald Trump pada tahun 2016. Trump bisa tetap memenangkan Electoral College meskipun kalah dalam suara populer jika dia bisa memenangkan cukup banyak negara bagian kunci yang memiliki banyak suara elektoral.

Faktor-faktor yang mendukung peluang tersebut antara lain strategi Fokus pada negara bagian medan pertempuran (Battleground States). Negara bagian seperti Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Florida, Arizona, dan Georgia sering menjadi penentu dalam pemilu. Jika Trump bisa memenangkan mayoritas dari negara-negara bagian ini, meskipun margin kemenangannya tipis, dia masih bisa mengamankan jumlah suara elektoral yang cukup untuk menang; distribusi suara yang tidak merata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun