Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Akankah Nasrallah dan Hezbollah Dilikuidasi dari Bumi Lebanon

27 September 2024   19:02 Diperbarui: 27 September 2024   19:02 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akankah Nasrallah dan Hezbollah Dilikuidasi dari Bumi Lebanon  

Perang Lebanon yang sedang berlangsung memiliki dampak signifikan terhadap masa depan Hezbollah di Lebanon dan pengaruhnya di Syria. Konflik ini dimulai setelah serangan terhadap Israel pada Oktober 2023 oleh Hamas, yang memicu respons militer Israel terhadap Gaza dan Hezbollah. Sejak itu, Hezbollah telah menembakkan lebih dari 8.000 roket ke Israel, memicu eskalasi ketegangan dan dislokasi penduduk di perbatasan utara Israel. Hezbollah menolak memindahkan pasukannya dari dekat perbatasan Israel ke Sungai Litani, seperti yang ditetapkan dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang menjadi dasar tindakan militer Israel baru-baru ini(

Konflik ini sangat berdampak pada Hezbollah. Meskipun telah terkena serangan berat, kelompok ini masih memiliki cadangan senjata dan kekuatan yang signifikan. Hezbollah diperkirakan memiliki sekitar 150.000 roket dan rudal, termasuk rudal jarak jauh yang dapat mencapai seluruh wilayah Israel. 

Hezbollah juga memiliki jaringan terowongan yang luas sebagaimana halnya Hamas di Gaza. Israel sendiri telah melakukan berbagai serangan presisi terhadap posisi dan infrastruktur Hezbollah, namun organisasi ini diyakini hanya menggunakan sebagian kecil dari kemampuannya sejauh ini(

Konflik ini juga mempengaruhi situasi politik internal Lebanon. Banyak warga Lebanon yang merasa Hezbollah mengaitkan nasib negara mereka dengan Iran dan mengundang perang pada saat negara sedang berada dalam krisis ekonomi yang parah. Namun, Hezbollah tidak dapat menghentikan serangannya tanpa dianggap lemah oleh pendukungnya dan Iran, sementara eskalasi lebih lanjut dapat memicu perang besar yang menghancurkan Lebanon(

Sementara itu, di Syria, Hezbollah memainkan peran penting dalam mendukung rezim Bashar al-Assad. Eskalasi konflik di Lebanon bisa mempengaruhi operasi mereka di Syria, terutama jika sumberdaya Hezbollah semakin terkuras. Secara keseluruhan, hasil dari konflik ini akan sangat menentukan masa depan Hezbollah baik di Lebanon maupun di Syria, serta pengaruh Iran di wilayah tersebut.

Tumbangnya Hamas menyusul Nasrallah

Dengan keberhasilan Israel menumbangkan semua pimpinan Hamas dalam Perang Gaza termasuk Yahya Sinwar setelah Ismael Haniyeh yang sebelumnya dilikuidasi ketika pelantikan Presiden Iran yang baru. Itu semua membuktikan menangkap ular memang harus kepalanya dulu.

Inilah saatnya bagi Israel untuk melikuidasi Hassan Nasrallah Bos Besar Hezbollah di Lebanon. Pertanyaannya sekarang ialah bisakah Israel setelah menumbangkan sekian banyak Top Leader Hezbollah di Lebanon untuk segera melikuidasi Hassan Nasrallah yang adalah alat teror utama Iran itu.

Saat ini, situasi geopolitik di Timur Tengah sangat kompleks, terutama terkait peran Hezbollah di Lebanon dan dukungannya dari Iran. Keberhasilan Israel dalam melumpuhkan pimpinan Hamas seperti Yahya Sinwar dan Ismael Haniyeh memberikan pelajaran bahwa menghancurkan kepemimpinan teroris bisa efektif untuk melemahkan organisasi tersebut. Namun, menargetkan Hassan Nasrallah, pemimpin tertinggi Hezbollah, adalah tantangan yang jauh lebih sulit dengan konsekuensi yang lebih luas.

Nasrallah hidup dengan pengamanan yang sangat ketat dan kehati-hatian yang ekstrem. Sejak Perang Lebanon 2006, ia hampir tidak pernah terlihat di muka umum dan melakukan komunikasi publiknya dari lokasi rahasia. Ini membuatnya sangat sulit dilacak dan ditargetkan secara langsung oleh Israel.

Melikuidasi Nasrallah bisa memicu eskalasi besar di Lebanon, tidak hanya dengan Hezbollah tetapi juga dengan sekutu-sekutu Iran lainnya di kawasan. Iran dan Hezbollah telah menunjukkan kesanggupan untuk membalas serangan semacam itu dengan serangan balasan, baik di Israel maupun terhadap kepentingan-kepentingan Barat di Timur Tengah.

Saat ini, perhatian Rusia tersita oleh perang di Ukraina, yang membatasi kemampuan negara itu untuk memainkan peran yang lebih aktif di Timur Tengah. Namun, Iran telah mempererat hubungannya dengan Rusia, terutama dalam hal penyediaan drone dan senjata lainnya untuk konflik di Ukraina. Hal ini bisa mempengaruhi kalkulasi geopolitik di kawasan. Jika Nasrallah dilikuidasi, Iran mungkin akan lebih bergantung pada Rusia untuk dukungan dalam melawan Israel, memperkuat sumbu Tehran-Moskow.

Meskipun ini mungkin merupakan momen yang tepat bagi Israel untuk bertindak mengingat Hezbollah telah mengalami kerugian besar dalam beberapa pekan terakhir, operasi semacam ini memerlukan perencanaan yang sangat matang dan koordinasi dengan sekutu-sekutunya, terutama AS.

Jika Israel berhasil melikuidasi Nasrallah, dampak yang dihasilkan bisa memperlemah Hezbollah secara signifikan, namun juga berisiko menjerumuskan Lebanon ke dalam konflik yang lebih luas dan merusak stabilitas regional.

Faktor Houthi

Meskipun Israel mungkin mempertimbangkan untuk memperluas operasinya ke Houthi di Yaman setelah Hezbollah, ini juga akan memerlukan kerjasama dengan negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan UEA, yang telah lama berkonflik dengan Houthi. Namun, membuka front baru di Yaman bisa menjadi langkah yang berisiko dan mahal, yang mungkin bukan prioritas utama Israel saat ini.

Secara keseluruhan, momen kesibukan Hezbollah sekarang untuk menyelamatkan infrastruktur militernya tampaknya ideal untuk menargetkan Nasrallah dan melemahkan jaringan proksi Iran di Timur Tengah, langkah tersebut perlu dihitung dengan cermat untuk menghindari konsekuensi yang lebih buruk bagi stabilitas regional.

Di balik usulan AS dan Perancis

Usulan Gencatan Senjata dari AS dan Perancis belum lama ini dalam jangka waktu sebulan bisa dibaca dalam interval satu bulan ini Nasrallah harus dilikuidasi dan infrastruktur militer Hezbollah semuanya harus dimusnahkan. Itulah yang harus diselesaikan Israel dan barulah Amerika dkk turun tangan untuk mengusulkan gencatan senjata permanen dan Lebanon dinormalkan kembali atau dikembalikan kepada bangsa Lebanon yang bukanlah bangsa Arab atau bangsa Iran itu.

Orang Lebanon asli itu sebagian besarnya berubah menjadi kaum maronite sekarang ini, sedangkan selebihnya adalah Arabisasi dan Iranisasi yang belum berhasil hingga sekarang, karena hambatannya bagi kedua dunia yang bertentangan ituadalah  Pemerintah Lebanon dibagi secara sektarian. Hezbollah di bawah kendali Iran sesungguhnya adalah negara di dalam negara yang harus dihancurkan terlebih dahulu. Ke depannya apabila sistem politik Lebanon disempurnakan setelah Nasrallah tewas dan Hezbollah dihancurkan akan mudah bagi Israel unuk menghancurkan Ideologi Revisionisme Dunia Arab dan Iran tentang eksistensi Israel di middle east.

Usulan gencatan senjata dari AS dan Perancis dalam konflik Lebanon-Israel dapat dilihat sebagai strategi untuk memberi waktu bagi kedua belah pihak untuk mengevaluasi posisi mereka. Dalam konteks ini, interval waktu satu bulan tersebut bisa digunakan oleh Israel untuk melakukan operasi militer yang lebih intensif terhadap Hezbollah, termasuk melikuidasi Hassan Nasrallah dan menghancurkan infrastruktur militer Hezbollah sebelum gencatan senjata permanen diberlakukan.

Dengan menghancurkan kekuatan militer dan kepemimpinan Hezbollah sebelum gencatan senjata permanen diberlakukan, Israel dapat memposisikan dirinya lebih baik secara strategis dan melemahkan pengaruh Iran di Lebanon. Ini juga akan mengurangi ancaman langsung dari Hezbollah dan memberi ruang bagi negosiasi yang lebih kuat dengan pihak-pihak internasional.

Hezbollah dianggap sebagai negara di dalam negara karena kekuatannya yang luarbiasa dibandingkan pemerintah Lebanon itu sendiri. Jika Nasrallah dilikuidasi dan Hezbollah dihancurkan, ini bisa membuka jalan bagi rekonstruksi politik Lebanon yang lebih netral dan mungkin lebih sesuai dengan konstitusi awal Lebanon yang memberikan peran penting bagi kaum Maronit dan kelompok non-Muslim lainnya.

Sistem politik Lebanon memang terbagi secara sektarian, dengan posisi presiden yang harus dipegang oleh seorang Maronit, perdana menteri oleh seorang Sunni, dan ketua parlemen oleh seorang Syiah. Pembagian ini menciptakan ketegangan dan stagnasi politik, namun juga menjadi penghalang bagi dominasi penuh dari satu kelompok tertentu. Menghancurkan Hezbollah dapat dilihat sebagai upaya untuk mengurangi pengaruh Iran dan Arabisasi di Lebanon, dan mungkin membuka peluang bagi reformasi politik yang lebih inklusif dan fungsional.

Penghapusan Hezbollah akan melemahkan sumbu Iran di Timur Tengah, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi dinamika di Syria, Yaman, dan Irak, di mana Iran mendukung berbagai milisi Syiah. Dengan melemahkan Hezbollah, Israel juga bisa memfokuskan upayanya pada ancaman lain seperti Houthi di Yaman, meskipun ini akan memerlukan kerjasama yang lebih luas dengan sekutu-sekutu Arabnya seperti Arab Saudi.

Upaya untuk melikuidasi Nasrallah dan menghancurkan Hezbollah secara total akan menimbulkan reaksi keras dari Iran, yang melihat Hezbollah sebagai proxy utamanya di Lebanon dan bentengnya dalam melawan Israel. Hal ini bisa memperburuk konflik dan mungkin menarik intervensi dari pihak-pihak internasional lain, termasuk Rusia.

Konflik yang berkepanjangan dan serangan besar-besaran terhadap Hezbollah bisa memperburuk situasi kemanusiaan di Lebanon yang sudah terpuruk. Ini bisa menambah penderitaan rakyat Lebanon yang saat ini sedang menghadapi krisis ekonomi dan politik.

Menghilangkan Hezbollah tanpa rencana stabilisasi yang jelas dapat menciptakan kekosongan kekuasaan yang berbahaya. Negara Lebanon bisa jatuh lebih jauh ke dalam kekacauan politik dan sosial, mengingat Hezbollah memiliki dukungan signifikan dari komunitas Syiah di Lebanon dan memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan kekuatan di negara itu.

Meskipun ada kemungkinan gencatan senjata ini dimaksudkan untuk memberi Israel waktu melakukan operasi militer intensif, langkah-langkah ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindari eskalasi lebih lanjut yang dapat menghancurkan stabilitas regional. Gencatan senjata permanen hanya akan efektif jika diikuti oleh reformasi politik di Lebanon yang bisa mengakomodasi semua kelompok etnis dan agama di negara itu tanpa pengaruh kuat dari aktor eksternal seperti Iran.

Dalam konteks inilah AS harus menunjukkan dialah Adikuasa sekarang dan bukan Rusia atau China. Israel adalah kepanjangan tangan AS untuk juga meluluhlantakkan infrastruktur IGRC di bumi Iran sendiri, karena fakta menunjukkan Angkatan Udara Israel mampu melakukan pelumpuhan Iran dalam rangka menjaga dunia dari pandangan revisionis yang banyak melahirkan teror biadab itu.

Sebagai kekuatan adidaya global, AS memiliki kepentingan strategis untuk menjaga stabilitas di Timur Tengah dan menghadapi pengaruh Iran, terutama melalui jaringan proksi seperti Hezbollah dan Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC). Namun, melibatkan diri secara langsung dalam upaya militer terhadap Iran, termasuk meluluhlantakkan infrastruktur IRGC di Iran, memiliki konsekuensi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi. Disnilah kita butuh semacam Patton atau Norman Swarzkopf atau siapapun Jenderal AS yang tangguh dalam berstrategi dalam pentas konflik global.

Faktor-faktor yang oerlu dipertimbangkan

Melakukan serangan langsung terhadap infrastruktur militer Iran, termasuk IRGC, dapat memicu respons yang luas dari Iran, baik terhadap AS maupun sekutunya di wilayah tersebut. Iran memiliki kemampuan untuk membalas di berbagai front, termasuk melalui serangan roket terhadap Israel, menargetkan pasukan AS di Irak dan Syria, serta mengganggu jalur minyak di Selat Hormuz. Ini dapat memicu konflik besar-besaran yang akan mengganggu stabilitas energi global dan ekonomi dunia.

Israel telah lama bertindak sebagai mitra strategis AS di Timur Tengah, dan kemampuannya dalam operasi udara jarak jauh sudah terbukti, seperti dalam serangan terhadap reaktor nuklir Irak pada 1981 dan Syria pada 2007. Namun, menyerang Iran secara langsung adalah langkah yang lebih berisiko karena kemampuan pertahanan udara Iran dan jaraknya yang jauh. Meskipun Angkatan Udara Israel memiliki kapabilitas, operasi ini membutuhkan dukungan logistik dan intelijen yang signifikan dari AS dan sekutunya.

Setiap tindakan militer besar-besaran terhadap Iran akan memperumit hubungan AS dengan sekutu-sekutunya di Eropa, yang cenderung lebih mengutamakan pendekatan diplomatik dan menghindari konfrontasi langsung. Selain itu, Rusia dan China, yang memiliki hubungan baik dengan Iran, kemungkinan besar akan bereaksi keras terhadap tindakan semacam itu, yang dapat meningkatkan ketegangan global lebih lanjut.

AS dan sekutu-sekutunya selama ini telah menggunakan kombinasi sanksi ekonomi yang keras dan tekanan diplomatik untuk melemahkan pengaruh Iran. Pendekatan ini lebih bertujuan untuk memaksa Iran bernegosiasi tanpa memicu konflik militer terbuka yang lebih luas. Misalnya, melalui pembatasan ekspor minyak Iran, AS telah berhasil menekan ekonomi Iran, yang pada gilirannya membatasi kemampuan Iran untuk mendanai jaringan proksinya di seluruh Timur Tengah.

Benar bahwa Iran dan jaringan proksinya banyak mendukung pandangan revisionis yang mengancam eksistensi Israel dan stabilitas regional. Namun, strategi melawan terorisme dan pengaruh Iran seringkali membutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif, termasuk melalui diplomasi, penguatan hubungan dengan sekutu regional, dan mendukung pemerintah Lebanon yang lebih independen dari pengaruh Hezbollah.

Secara militer AS dan Israel memiliki kemampuan untuk menargetkan Iran dan infrastruktur militernya, pendekatan ini bukanlah solusi yang sederhana dan dapat memicu eskalasi konflik yang lebih luas dan tidak terkendali. Untuk menjaga stabilitas di Timur Tengah dan menghadapi pengaruh Iran, AS dan sekutunya bisa jadi lebih cenderung mengombinasikan pendekatan militer terbatas dengan tekanan ekonomi dan diplomasi multilateral. Dengan begitu, Amerika tetap dapat menunjukkan kekuatan dan pengaruhnya tanpa harus memicu konflik skala besar yang berisiko membawa dampak negatif bagi kawasan dan dunia secara keseluruhan.

Tapi siapa tahu Herzi Halevi Panglima IDF sekarang adalah Moshe Dayannya Israel sekarang. Look, Angkatan Udara Israel sudah lama mensimulasikan pengahancuran infrastruktur militer Iran dari seluruh Timur Tengah. Bagaimanapun IDF telah melakukan investasi yang signifikan dalam Perang Gaza hingga punahnya seluruh kepemimpinan terror Hamas di tangan IDF.

Lihat :

https://www.indiatoday.in/world/story/hezbollah-doesnt-want-you-to-watch-this-idf-israel-lebanon-weapon-stockpiles-2606983-2024-09-26

https://www.theguardian.com/world/live/2024/sep/26/middle-east-crisis-live-israel-hezbollah-ceasefire-plan-us-france-netanyahu

https://www.theguardian.com/world/2024/sep/27/lebanon-israel-hezbollah-ceasefire-hopes-fade-netanyahu

Joyogrand, Malang, Fri', Sept'  27, 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun