Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ledakan Massal di Lebanon: Misteri yang Mengguncang Dunia

19 September 2024   17:33 Diperbarui: 19 September 2024   23:26 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa ini bukan hanya menjadi masalah domestik bagi Lebanon, tetapi juga memiliki implikasi global. Ledakan massal perangkat komunikasi menunjukkan betapa rentannya infrastruktur kritis terhadap serangan siber dan sabotase. Selain itu, insiden ini juga menggarisbawahi pentingnya kerjasama internasional dalam memerangi terorisme dan kejahatan transnasional.

Ledakan massal pager dan walkie-talkie di Lebanon adalah sebuah misteri yang belum terpecahkan. Peristiwa ini telah menimbulkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran di seluruh dunia. Meskipun investigasi masih terus berlanjut, namun kemungkinan untuk menemukan jawaban yang pasti masih sangat kecil.

Media Pro Hatred

Bagaimana peran media sosial dalam menyebarkan informasi dan misinformasi terkait peristiwa ini. Contoh di Indonesia misalnya Majalah Mingguan Tempo langsung memompanya menjadi berita yang menarik bagi komunitas pro Hatred atau pro Hamas dan Hezbollah yang cukup banyak di negeri ini. Di kolom komentar wuaduh Israel dimaki habis-habisan. Sampai-sampai ada orang literasi yang memuji kalau ledakan serempak itu benar adalah made in Israel, hebat dong katanya. Pendapatnya langsung diterjang komunitas pro Hamas-Hezbollah bahwa kekristenan komentator tadi tak ada artinya, karena orang Kristen saja diludahi di Israel. Mereka kaum hatred pro Hamas ini lupa bahwa  kawan yang orang literasi itu punya komunitas sendiri yang menilai terjangan mereka barusan justeru jelas menggambarkan bahwa Indonesia tak tahu apapun tentang Israel kecuali Hamas, Hezbollah dan dunia Arab.

Peristiwa ledakan di Beirut telah memicu beragam reaksi psikologis yang kompleks di kalangan masyarakat Lebanon, Iran, dan dunia Arab secara umum. Selain trauma massal, kehilangan percaya diri, dan perpecahan sosial, beberapa dampak lain yang perlu diperhatikan; gangguan stres pasca trauma (PTSD). Banyak korban selamat mengalami gejala PTSD, seperti mimpi buruk, kilas balik, hipervigilans, dan kesulitan berkonsentrasi; depresi. Tingkat depresi di masyarakat Lebanon mengalami peningkatan signifikan pasca ledakan, terutama di kalangan mereka yang kehilangan orang yang dicintai atau mengalami kerugian materiil yang besar; cemas berkepanjangan. Kecemasan yang berkepanjangan menjadi masalah umum, terutama terkait dengan kekhawatiran akan terjadinya ledakan susulan atau bencana lainnya; marah dan frustrasi. Rasa marah dan frustrasi yang mendalam muncul akibat ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasi krisis dan memberikan bantuan yang memadai.

Media Sosial lebih dari sekadar penyebar informasi

Media sosial tidak hanya berfungsi sebagai platform untuk menyebarkan informasi, tetapi juga membentuk opini publik, mengorganisir aksi protes, dan memperkuat identitas kelompok.

Beberapa peran spesifik media sosial dalam konteks peristiwa tersebut antara lain amplifikasi narasi. Media sosial memperkuat narasi-narasi tertentu, baik yang benar maupun yang salah, sehingga membentuk persepsi publik yang berbeda-beda; mobilisasi massa. Platform media sosial digunakan untuk mengorganisir aksi protes dan demonstrasi, baik secara online maupun offline; radikalisasi. Dalam beberapa kasus, media sosial dapat menjadi sarana untuk menyebarkan ujaran kebencian dan radikalisasi, terutama di kalangan kelompok ekstremis; disinformasi dan misinformasi. Penyebaran disinformasi dan misinformasi menjadi masalah serius, yang dapat memperkeruh situasi dan menghambat upaya penanganan krisis.

Indonesia : Studi Kasus yang menarik

Kasus Indonesia memberikan gambaran menarik tentang bagaimana identitas kelompok dan kurangnya literasi media dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap suatu peristiwa.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain orientasi politik. Orientasi politik seseorang sangat mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan peristiwa ini. Kelompok yang memiliki orientasi politik tertentu cenderung mencari informasi yang mendukung pandangan mereka; pengaruh tokoh publik. Pernyataan dari tokoh publik yang berpengaruh dapat membentuk opini publik secara signifikan; filter bubble. Algoritma media sosial cenderung menyajikan informasi yang sesuai dengan minat dan preferensi pengguna, sehingga menciptakan "filter bubble" yang memperkuat bias kognitif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun