Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang bahaya perundungan membuat korban merasa lebih didukung dan percaya bahwa tindakannya akan mendapatkan perhatian yang serius.
Media sosial berperan penting dalam menyebarkan informasi tentang kasus ini. Melalui media sosial, korban dapat dengan mudah menceritakan pengalamannya dan mendapatkan dukungan dari masyarakat luas.
Korban dan keluarganya merasa perlu untuk mencari keadilan atas apa yang telah mereka alami. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk melaporkan kasus ini ke pihak berwajib.
Sekolah, dalam hal ini Binus School, memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah dan menangani kasus perundungan. Sekolah perlu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua siswa, serta memberikan pendidikan tentang bahaya perundungan.
Orangtua juga memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah dan menangani kasus perundungan. Orangtua perlu memperhatikan tanda-tanda bahwa anak mereka sedang mengalami perundungan, serta memberikan dukungan yang diperlukan.
Masyarakat harus ikut berperan aktif dalam mencegah dan menangani kasus perundungan. Tentu kita semua perlu menciptakan lingkungan yang saling menghormati dan tidak mentolerir segala bentuk kekerasan.
Kompleksitas masalah
Masalahnya kalau kita lihat di video viral SCTV ortu siswa korban perundungan marah-marah di depan petugas Binus, seakan kasus anaknya tidak atau kurang diperhatikan pihak sekolah, padahal faktanya sebagaimana kita dengar dari paparan pengacara Otto Hasibuan, Binus sudah menskorsing siswa pelaku perundungan tsb. Hanya belum melakukan tindak lebih jauh, karena memang itu hanyalah kasus perkelahian biasa (bukan perundungan) yang sudah diketahui dan ditangani pihak sekolah.
Namun, orangtua korban tidak melihat persoalan itu dari kacamata manajemen Binus. Ortu korban cenderung marah-marah seraya menunjukkan power ala sinetron.
Yang disayangkan, kasus itu kini sudah memasuki Komisi III DPR-RI. Kasus ini setidaknya telah menyajikan sebuah potret kompleks tentang interaksi antara individu, institusi, dan masyarakat dalam merespons sebuah masalah sosial yang pelik.
Reaksi marah dan tuntutan keadilan yang ditunjukkan orangtua korban adalah respons yang lumrah-lumrah saja. Mereka merasa anak mereka telah dirugikan secara signifikan dan ingin melihat tindakan nyata dari pihak sekolah. Hanya, emosi yang meluap-luap disertai unjuk power ala sinetron terkadang dapat mengaburkan pandangan objektif terhadap situasi.