UMKM dan HUT RI Ke-79 di Kota Malang
Momentum peringatan HUT ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia menjadi sarana untuk memperkuat silaturahmi dan kekompakan warga setiap Kecamatan di kota Malang. Warga Merjosari misalnya, tak ada satu pun RW yang melepaskan acara yang boleh dikata adalah Pesta Rakyat itu. Bahkan sejak awal Agustus sudah ada bermacam perlombaan seperti tarik tambang, makan krupuk dll. Juga tak ketinggalan semacam pasar malam dimana ada stand buat warga untuk  menjual kreasinya, ntah itu makanan kecil atau hasil kerajinan tangan. Pendeknya semuanya melambangkan Hari Kemerdekaan RI Ke-79. Ajang itu menjadi semacam media komunikasi buat rakyat.
Kelurahan Tlogomas yang berdekatan dengan Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang pada Sabtu (17/8), warganya bersama-sama mengikuti upacara peringatan detik-detik Proklamasi HUT ke-79 Kemerdekaan RI di sepanjang Jalan Tlogo Indah dan Jln Merjosari. Kantor Kelurahan tentu yang utama, menyusul RW-RW di  dalam wilayahnya. Terkabar Abah Anton mantan Walikota Malang yang bakal nyalon lagi tahun 2024 ini bahkan menyatu dengan warga merayakan detik-detik proklamasi itu, dimana Abah Anton bertindak selaku Inspektur Upacara.
Itulah kelebihan kota Malang dibandingkan daerah-daerah lain di negeri ini. Semangat kemerdekaan ordinary people disini luarbiasa, tak mengenal kasta. Semua bersatu dalam satu semangat yang tak pernah padam yaitu semangat kebangsaan dan persatuan Indonesia yang tak pernah lekang oleh zaman.
Yang unik di tengah ramai-ramai pesta rakyat itu, ada satu sudut dekat Uniga tak jauh dari Kantor Kelurahan Merjosari yang tak kalah ramainya begitu dinihari dimulai, yaitu antrian ayam potong yang luarbiasa, dan persis di depan ayam potong itu juga ada usaha agro yang luarbiasa pengunjungnya. Dan lurus 500 meter dari situ ada satu tukang kue pagi yang juga ramai luarbiasa pengunjungnya. Disini tersedia aneka kue buatan UMKM lokal yang luarbiasa kreatif. Siapa yang tak kenal Arem-Arem Mbak Nuril yang sepotongnya hanya dipatok Rp 3.000, juga ada bolu tape, ada ketan panggang isi daging ayam. Pendeknya apapun kita cari sejauh itu kue-kuean, pasti ada disitu, dan harganya tak semahal di kompleks kita.
Salut kepada ayam segar dari Tumpang yang buka outlet dekat kampus Uniga itu. 1 Kg ayam potong itu hanya dijual Rp 25.000. Begitu juga telur yang gede-gede dijual hanya Rp 25.000 per Kg. Begitu fajar menyingsing, outlet itu sudah buka. Kaum Ibu yang mengantri ya ampun panjangnya. Motor parkir sepanjang jalan.
Tak kalah dengannya adalah Sumber Sayur Segar Jaya, persis di depan ayam potong itu. Kl 500 meter dari situ sebetulnya adalah Pasar Tradisional Dinoyo. Tapi boleh dikata pasar tradisional itu tak berdaya bersaing dengan Sayur Segar Jaya. Karena harga yang dipatok disini sesuai dengan ekspektasi kaum Ibu, yi murah terjangkau dan berkualitas. Coba Pisang Ambon Hijau hanya dipatok Rp 12.000 saja, lebih besar sisirnya hanya Rp 20.000 saja. Begitu juga dengan cabai dan sayur mayur. Lengkap. Konon seorang Ibu yang belanja Rp 50 ribuan. Itu sudah bisa untuk stock 3 hari di rumah.
Fenomena pasar tradisional Vs usaha mikro