Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Kajoetangan Oh Kajoetangan...

26 Juni 2024   18:40 Diperbarui: 30 Juni 2024   23:58 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pengamen liar beraksi di trotoar Kajoetangan Heritages. Foto : Parlin Pakpahan.

Perkembangannya yang pesat di bawah kepemimpinan Walikota Sutiadji seolah terhenti begitu saja sejak pergantian kepemimpinan ke Wahyu Hidayat. Hal ini tentu menjadi keprihatinan banyak pihak, mengingat potensi besar yang dimiliki kawasan ini.

Apakah pergantian kepemimpinan di tingkat kota yang bersifat sementara sekarang ini jadi trigger yang memicu perubahan arah kebijakan dan prioritas pembangunan.

Ini perlu dievaluasi mengapa proyek pengembangan Kajoetangan Heritages tidak lagi menjadi fokus utama Pemkot Malang di bawah kepemimpinan baru.

Jalanan macet trotoar macet. Itulah Kajoetangan Heritages sekarang. Foto : Parlin Pakpahan.
Jalanan macet trotoar macet. Itulah Kajoetangan Heritages sekarang. Foto : Parlin Pakpahan.

Apakah dana yang dialokasikan untuk pengembangan kawasan heritage tidak mencukupi atau bagaimana.

Pengembangan kawasan heritage membutuhkan kerjasama dan sinergi dari berbagai pihak, seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat setempat. Kurangnya koordinasi antar pihak tentu akan menghambat kelancaran proses pengembangan.

Maraknya pedagang kaki lima liar di sepanjang Jalan Basuki Rachmat menjadi momok bagi Kampoeng Heritage Kajoetangan. Kehadiran mereka membuat kawasan ini terlihat kumuh dan semrawut, sehingga wisatawan enggan untuk berkunjung.

Kesemrawutan kawasan, khususnya pada hari Sabtu, mengakibatkan menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kampoeng Heritage Kajoetangan. Hal ini tentu berdampak negatif pada perekonomian masyarakat setempat yang bergantung pada sektor pariwisata.

Masyarakat setempat yang tadinya antusias dengan pengembangan Kampoeng Heritage Kajoetangan kini mulai merasa kecewa dan apatis. Dikhawatirkan hal ini dapat memicu munculnya konflik dan gejolak sosial di kemudian hari.

Jika stagnasi ini terus berlanjut, Kajoetangan Heritages dikhawatirkan akan kehilangan daya tariknya sebagai destinasi wisata. Hal ini tentu akan berakibat fatal bagi citra Kota Malang sebagai kota wisata.

Pemkot Malang perlu meninjau kembali rencana pengembangan Kajoetangan Heritages dan merumuskan konsep baru yang lebih inovatif dan berkelanjutan. Konsep baru ini harus mempertimbangkan berbagai faktor, seperti kebutuhan wisatawan, kondisi keuangan daerah, dan kearifan lokal masyarakat setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun