Keadaan Bukit Algoritma Indonesia Now
Proyek Bukit Algoritma yang digagas sebagai pusat pengembangan industri dan teknologi 4.0 di Indonesia tampaknya menghadapi berbagai tantangan yang menghambat progresnya.
Bukit Algoritma di daerah Sukabumi direncanakan dibangun di atas lahan 888 hektar di empat desa di Kecamatan Cikidang, yi Cicareuh, Pangkalan, dan Tamansari. Kemudian satu desa di Kecamatan Cibadak yaitu Neglasari. Proyek ini terbagi tiga tahap dengan masa pengerjaan tiga tahun tahap pertama, tiga tahun tahap kedua, dan empat tahun tahap ketiga.
9 Juni 2023 lalu, Budiman Sudjatmiko mengatakan proyek tetap berjalan. Budiman mengungkapkan pengerjaan masih fokus pada renovasi, khususnya gedung-gedung yang sudah ada. Budiman juga menyebut timnya akan bertemu investor dari Eropa Barat. Tetapi hingga kini, belum ada kabar terbaru.
Ketika peletakan batu pertama pada 9 Juni 2021, Budiman menginformasikan perkembangan investasi yang masuk ke Bukit Algoritma. Dia menyebut ada investor dari beberapa negara Asia yang menanamkan modalnya untuk pengembangan riset sensor pencari ikan bagi nelayan di Indonesia senilai Rp 1,7 triliun.
Angka itu menambah nilai investasi yang sebelumnya telah lebih dulu masuk yakni Rp 18 triliun dari Kanada untuk pembangunan klaster fase pertama yang digarap PT AMKA berupa pembangunan infrastruktur. Kemudian ada pula investasi ekosistem energi terbarukan yang berasal dari Jerman sebesar Rp 1,4 triliun.
Yang jadi soal apakah Budiman selaku politisi andalan Gerindra sekarang ini terlalu sibuk mengurusi peralihan kekuasaan pada Oktober ini atau KEK Sukabumi yang seharusnya fokus pada kegiatan pariwisata, fusi sains, dan teknologi, telah berubah kepentingan atau bagaimana.
Sejauh ini, fokus proyek tampaknya masih pada renovasi gedung-gedung yang sudah ada. Ini jelas mengecewakan, karena infrastruktur dasar atau pengembangan baru belum dimulai secara signifikan. Renovasi bisa menjadi langkah awal yang penting, namun dilihat dari molornya waktu, pemerintah justeru tidak sigap menjaga momentum dan kepercayaan investor.
Meskipun ada klaim bahwa proyek tetap berjalan, lambannya progres bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti keterbatasan dana, masalah logistik, atau kesulitan teknis.
Budiman menyebutkan adanya rencana pertemuan dengan investor dari Eropa Barat. Pertemuan ini bisa menjadi krusial untuk mendapatkan tambahan pendanaan dan dukungan teknis yang diperlukan. Kurangnya kabar terbaru mengenai hasil dari pertemuan ini menunjukkan negosiasi masih berlangsung atau ada hambatan dalam menarik komitmen investasi.
Awalnya, lahan yang akan digunakan untuk Bukit Algoritma diusulkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sukabumi dengan fokus pada pariwisata, fusi sains, dan teknologi. Jika ada perubahan fokus atau kepentingan, hal ini bisa mengubah prioritas dan sumberdaya yang dialokasikan untuk proyek.