Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Wilayah Sulawesi dan Halmahera merupakan daerah yang kaya akan cadangan nikel.
Deposit nikel yang dimiliki Indonesia dapat bervariasi seiring waktu karena eksplorasi tambang baru dan pengembangan sumberdaya. Cadangan komoditas nikel di Indonesia masih menjadi yang terbesar di dunia atau setara dengan 23% cadangan di dunia. Total, Indonesia memiliki sumberdaya nikel mencapai 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton logam, dengan jumlah cadangan 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton logam. Selain itu, terdapat beberapa wilayah yang memiliki kandungan nikel, namun belum dieksplorasi (greenfield) yang tersebar di Propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Lih Kementerian ESDM dalam http://tinyurl.com/ymj76jdr
Yang terpenting bagi kita sekarang adalah Hilirisasi Nikel. Inilah salah satu legacy Presiden Jokowi yang harus kita lanjutkan, yi bagaimana agar kita tidak hanya menjual mentahan saja seperti pada era kolonial. Dalam rangka menuju Indonesia emas 2045, tentu kita harus punya wawasan yang terintegrasi soal kemandirian bangsa ini ke depan. Jangan sampai ada lagi pembully-an terhadap bangsa ini soal kedaulatan sda. Singkatnya kita harus semakin mandiri dalam mengelola sda yang ada di kandungan bumi nusantara ntah dimanapun itu.
Program hilirisasi nikel bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari ekstraksi nikel, mengubahnya dari bahan mentah menjadi produk yang lebih kompleks dan bernilai tinggi.
Beberapa produk yang terpenting dalam program hilirisasi nikel adalah bahan baku untuk industri modern, seperti (1) Feronikel (Ferronickel). Ini adalah produk utama dalam hilirisasi nikel. Feronikel adalah paduan nikel dan besi yang digunakan sebagai bahan baku utama dalam produksi baja nikel, yang memiliki berbagai aplikasi dalam konstruksi, industri otomotif, dan lainnya; (2) Nikel Matte. Ini adalah bentuk nikel yang lebih murni dan terkonsentrasi, sering digunakan dalam produksi baterai lithium-ion, aerofoil (komponen dalam pesawat terbang), dan dalam industri kimia; (3) Kobalt. Selain nikel, beberapa tambang nikel juga menghasilkan kobalt, yang merupakan logam yang penting dalam industri baterai, terutama baterai mobil listrik; (4) Logam Nikel Murni. Nikel yang telah diolah lebih lanjut dapat digunakan sebagai logam murni dan memiliki berbagai aplikasi, termasuk dalam produksi katalis, aeronautika, dan elektronika; (5) Bahan Katalis. Nikel dapat digunakan sebagai katalis dalam berbagai proses kimia, seperti pembuatan hidrogen atau dalam proses reforming minyak; (6) Bahan Pembuatan Baterai. Nikel juga merupakan komponen penting dalam pembuatan baterai, terutama dalam bentuk oksida nikel, yang digunakan dalam baterai alkaline dan baterai lainnya; (7) Paduan dan Produk Turunan. Nikel digunakan sebagai bahan dasar untuk paduan logam yang lebih kompleks, seperti paduan nikel-titanium yang digunakan dalam industri kedokteran untuk implan dan alat ortopedi.
Program hilirisasi nikel mengubah nikel dari tahap ekstraksi bijih menjadi produk yang lebih bernilai dan bervariasi, yang memberikan kontribusi signifikan pada industri modern. Peran utama dalam hal ini dimainkan oleh produk seperti feronikel dan nikel matte, yang menjadi bahan baku utama untuk berbagai aplikasi industri.
Soal pencmaran karena hilirisasi Nickel yang dikhawatirkan sejumlah kalangan. Ini juga mengada-ada. Apapun pasti ada dampak lingkungannya. Apa gunanya Amdal kalau kita tidak konsisten menerapkannya dalam hilirisasi nikel.
Benar, bahwa pemrosesan nikel menjadi produk akhir, seperti feronikel atau nikel matte, dapat melibatkan serangkaian kegiatan industri yang memiliki potensi dampak lingkungan.
Industri pertambangan nikel, terutama dalam konteks hilirisasi, dapat menyebabkan berbagai dampak lingkungan yang perlu dikelola dengan cermat. Beberapa contoh pencemaran lingkungan yang dapat terkait dengan pertambangan nikel dan proses hilirisasinya antara lain (1) Pencemaran Air. Proses pertambangan dan pemrosesan nikel dapat menghasilkan limbah beracun dan metal berat yang bisa mencemari air tanah dan permukaan. Ini dapat merugikan ekosistem air dan kesehatan manusia; (2) Pencemaran Udara. Kegiatan tambang dan pemrosesan nikel dapat menciptakan debu dan partikel halus yang dapat mencemari udara dan mengakibatkan masalah kesehatan bagi masyarakat lokal; (3) Emisi Gas Beracun. Beberapa proses hilirisasi nikel dapat menghasilkan emisi gas beracun seperti sulfur dioksida (SO2) yang dapat merugikan kualitas udara; (4) Pencemaran Tanah. Limbah dari pertambangan, seperti tailing, dapat mencemari tanah dan mengakibatkan degradasi lahan. Ini dapat berdampak negatif pada keberlanjutan lingkungan dan keberlanjutan pertanian; (5) Pencemaran Suara. Aktivitas tambang, termasuk penggunaan alat berat, peledakan, dan transportasi, dapat menciptakan polusi suara yang dapat mengganggu lingkungan sekitar dan hewan liar; (6) Kehilangan Habitat dan Kerusakan Ekosistem. Proses hilirisasi nikel kadang-kadang memerlukan lahan yang luas, yang dapat menyebabkan deforestasi dan penggusuran masyarakat lokal, dengan potensi kerusakan habitat dan hilangnya biodiversitas; (7) Dampak Sosial. Pencemaran lingkungan dapat berdampak negatif pada kesehatan masyarakat lokal, termasuk penyakit pernapasan dan masalah kesehatan lainnya; (8) Dampak Sosial Ekonomi. Proses hilirisasi dapat mempengaruhi struktur sosial dan ekonomi masyarakat lokal, terutama jika tidak dielola dengan benar.
Yang diperlukan disini bukan meributkannya, tapi bagaimana agar kita konsisten menerapkan Amdal yang memang dirancang untuk mengevaluasi dampak lingkungan dan sosial suatu proyek sebelum dimulai. Karenanya haruslah dipastikan bahwa Amdal diterapkan dengan konsisten dan jujur dalam proses hilirisasi nikel. Pemerintah, perusahaan, dan masyarakat perlu bekerjasama untuk memastikan bahwa setiap langkah diikuti dengan ketat sesuai dengan rekomendasi dan mitigasi yang diusulkan dalam Amdal.
Juga penting untuk diciptakan tingkat transparansi yang tinggi dalam proses hilirisasi dan memastikan keterlibatan masyarakat secara aktif. Melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan dapat membantu memahami kekhawatiran mereka dan mencari solusi yang dapat diterima bersama.