Tahu .. Tahu .. Tahu Bandung .. Enak .. Lezat dan Bergizi
Hanya hari Minggu saja suara anak muda itu tak terdengar di kompleks perum Joyogrand, Malang. Tapi itu pun tak mesti, sejauh mesin produksi masih berputar di daerah wisata Batu sana, suara itu frequently muncul juga pada hari Minggu. Warga malah senang anak muda itu muncul di hari Minggu menjajakan dagangannya.
Seperti biasa pagi itu terdengar cukup keras tapi berirama, suara : Tahu .. Tahu .. Tahu Bandung. Enak .. Lezat dan Bergizi!
Suara itu bukan suara dari chips sebagaimana biasa pedagang keliling bermotor raun-raun di Joyogrand menjajakan dagangannya, entah itu ayam potong, Sari Roti, Chupa-Chupa dsb. Suara itu jelas suara si Asep atau si Cecep anak Garut yang berkebetulan membantu beredarnya tahu cibuntu di kota Malang.
Per bungkus isi 10 potong tahu, harganya hanya Rp 10.000. Tak heran mata dagangan satu ini laris manis sekarang di kota Malang.
Dandanannya rapi, dagangannya apalagi kalau bukan Tahu Cibuntu Bandung. Kata Cecep tahu yang diedarkannya pabriknya ada di Batu, karena ekspansi tahu Cibuntu tentu mencari habitat yang mirip dengan Bandung yi dingin dan aman untuk mengolah tahu enak dan bergizi.
Menurut referensi yang ada Tahu Cibuntu Bandung sudah ada sejak akhir 1930-an di Bandung, ketika seorang imigran asal China menjajaki kehidupan baru di Bandung pada tahun 1937 silam. Di tahun itu pula ia mendirikan sebuah pabrik kecil penghasil tahu di Kampung Cibuntu, Kecamatan Bandung Kulon, Bandung.
Walau berskala industri kecil rumahan, namun pabrik tsb merupakan yang pertama dan jadi awal lahirnya identitas kawasan Cibuntu sebagai sentra produksi tahu sampai sekarang.
Tahu memang lahir di negeri China sejak kepemimpinan Dinasti Han. Artinya, makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai tsb sudah ada sejak 2.200 tahun lalu. Nama tahu sendiri berasal dari bahasa Hokkian yaitu "tauhu" atau kedelai terfermentasi.
Itulah asal-usul Tahu Cibuntu Bandung sebagaimana halnya Sentra Industri Tempe di Sanan, Purwantoro, Blimbing, Malang.