Tutup Tahun 2023 dengan Stempel Majapahit
Akhir tahun 2023 ini aku mencoba vakum dari segalanya. Pendeknya badan kubikin relaks serelaks-relaksnya, meski aku tahu itu tak bisa menghentikan pikiran ini secara total. Kalau sampai aku bisa menjalankan kiat Wong Jowo tempo doeloe yi "Heneng Hening Pawulang Budi Amemayu Hayuning Bawana". Aku mungkin sudah sampai pada tahapan resi-resi zaman dulu seperti Mpu Prapanca atau Datu Nabolon Sorba di Banua. He He ..
Tapi setidaknya aku telah memulai mengendalikan pikiran, khusus akhir tahun ini saja. Aku tahu kedatangan Gibran di dunia politik kita cukup menghebohkan, sehingga kita lupa bahwa kita baru selamat dari pandemi Covid-19 pada Maret 2023 lalu.
Di pentas dunia, muncul konflik Gaza setelah perang Ukraina yang membosankan itu. Kalau dipikir kedua isu internasional itu ya membosankan. Bikin heboh dimana-mana. Giring sana giring sini. Semua cari pembenaran. Kalaupun ditarik historisitasnya, toh kalau pasal-pasal kebencian sudah tertanam kuat, kita mau bilang apa. Jadi biarlah alam yang menentukannya.
22 Desember lalu aku berkesempatan relaks bersama keluarga kecilku di kota Malang, setelah sebelumnya ada kecelakaan kecil, yi HPku hilang disambar maling di teras rumah. HP itu tergeletak kutinggalkan di meja santaiku karena makan siang sudah siap kata Mama anak-anak. Biasanya sih aman-aman saja. Tapi ketika hendak kuambil ee si HP sudah menghilang dari tempat. Berarti si maling menjengakkan kepalanya dari balik pagar, dan cukup dengan pencapit ia bisa menggondol HPku yang ternyata sudah cukup lama diincar itu. Sudahlah, aku rela koq, siapa tahu dia dapat rezeki bagus dari HPku itu.
22 Desember lalu adalah kedatangan 2 my daughter dari Jakarta. Sorenya kami jalan-jalan ke downtown Malang. Ganti HP-lah setelah sebelumnya memulihkan kedua nomor telkomselku yang hilang di Grapari Jln Kawi. Sementara anak-anak nonton di Cineplex Matos, aku lebih memilih jalan-jalan ringan di Veteran depan Matos. Kedatangan Natal disambut cukup semarak disini. Ada hiasan Natal yang bagus di dalam maupun di luar Matos. Selebihnya baliho-baliho pemilu serentak bertaburan sepanjang Jln Veteran hingga persimpangan Gajayana. Tapi kota Malang memang tertib, semuanya terlihat tertata rapi tanpa kata-kata provokatif.
23 Desember kami sekeluarga jalan-jalan ke Trawas, sebuah kawasan wisata di Mojokerto. Aku tak terlalu ambil pusing mau ke Trawas atau ke Batu keq. Itu sama saja. Keduanya destinasi wisata pegunungan. Yang satu di wilayah Malang, yang satunya lagi di wilayah Mojokerto. Keduanya daerah sejuk yang hanya dipisahkan oleh Gunung Arjuno dan Gunung Welirang.
Dalam jelajah Trawas ini Driver Rusdi membawa kami melalui Jalan Tol Malang-Pandaan. Thanks Pak Jokowi jalan tol mulus ini adalah legacy pemerintahanmu. Infrastruktur jalan di Jatim sudah mantap sekarang. Terbukti keluar dari Pandaan menuju Prigen dan Tretes untuk sampai ke Trawas, semua jalan pegunungan melalui Gunung Arjuno dan Welirang sudah bagus semuanya.
Lama nggak ke Trawas. Daerah ini sepertinya sedang dalam tahap pengembangan kepariwisataan. Yang dijual apalagi kalau bukan alam pegunungan. My daughter membawa kami ke sebuah destinasi baru yang dinamakan Rustic Market yang artinya Pasar Barang Karatan. Tapi delak-delok kiri-kanan muka-belakang, mana nih si Rustic. Rupanya itu hanya penamaan saja. Kalaupun ada yang rustic. Itu hanyalah mobil tua satu-satunya tak jauh dari kulineran dimana kami istirahat makan siang.