Bendera Israel dan Arab-Palestina di Bitung Kawanua
Nama Ormas Manguni Makasiouw tiba-tiba berkibar di seluruh nusantara. Saya pun mencoba cari tahu ada apa ini. Oalah ternyata keributan yang dipicu oleh konflik Israel Vs Arab-Palestina. Padahal barisan dukung Arab-Palestina sudah berhari-hari demo di Monas Jakarta.
Ormas Manguni atau "burung hantu" ini jauh sebelum kejadian sudah membuat surat ke Polres Bitung agar tidak mengizinkan adanya aksi Bela Arab-Palestina di kota Bitung. Argumen mereka nanti ada keributan yang mengganggu keamanan. Meski sudah diingatkan demikian, bahkan di laman facebook Marco Karundeng yang adalah salah satu anggota ormas tsb, mereka pun sudah menyatakan jangan ada gerakan yang beratribut Islam yang melakukan aksi Bela Arab-Palestina. Itu menyakitkan karena tak sesuai dengan kenyataannya. Kami akan bertindak kalau itu tetap dilakukan, kata Marco.
Sayang warning ini tak digubris. Gerakan solidaritas Muslim Bitung pun bergerak dalam aksi damai pada 25 Nopember ybl, mereka mengibarkan bendera Tauhid dan bendera Arab-Palestina. Tak ayal ormas Manguni Makasiouw pun bergerak dengan mengibarkan bendera tandingan yi bendera Israel dan berujung ada 1 tewas dan 2 luka-luka.
Korban dari massa pro-Palestina, yakni Anto. Dia mengalami penganiayaan hingga terluka parah dan kritis. Satu unit mobil ambulans juga dirusak. Kaca-kacanya dipecahkan dan kendaraannya dijungkir-balikkan. Kemudian bendera Tauhid dan bendera Arab-Palestina juga dirobek dan dibakar oleh para penyerang tsb.
Sebagai tanggapan dari aksi penyerangan yang dilakukan oleh ormas Manguni Makasiouw pada sore hari, bentrokan kembali terjadi pada malam hari di jalanan pusat kota Bitung, massa yang terdiri dari Laskar Muslim Bitung dan organisasi Islam lainnya berkumpul dan melakukan penyisiran ke posko-posko Ormas Manguni Makasiouw. Pada aksi balasan ini, 1 orang dari pihak Manguni Makasiouw tewas terkena anak panah di kepala. Korban bernama Elvis Wagey (64 tahun), seorang tetua adat (tonaas) Minahasa yang berasal dari Kelurahan Watulambot, Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten Minahasa.
Kemudian di malam hari setelah situasi kembali kondusif, perwakilan dari dua kelompok massa tsb menyatakan kesepakatan damai yang dilakukan di area Stadion Duasudara. Kesepakatan ini diinisiasi oleh Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Bitung dan Badan Kerjasama Antar Umat Beragama Kota Bitung. Sebelum menandatangani kesepakatan damai, dua perwakilan kelompok massa ini melakukan dialog yang dimoderatori oleh Walikota Bitung, Maurits Mantiri dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kota Bitung serta pemuka agama setempat.
Yang disesalkan kemudian adalah ekor dari peristiwa ini yang terkesan banyak di pelintir agar berkepanjangan. Kalau dilihat di trending X (d/h Twitter), kita melihat betapa provokatifnya suara-suara yang merasa tidak puas, mulai dari mendesak kepolisian agar segera membubarkan ormas Manguni Makasiouw yang dikatakan sebagai laknat dan antek-antek Yahudi, termasuk menangkap para pelaku tindakan kekerasan terhadap solidaritas Muslim Bela Arab-Palestina dst dst, sementara penangkapan para pelaku kekerasan serupa dari pihak solidaritas Muslim Bitung tidak disebut.
Kita tahu selama ini banyak kesalahkaprahan soal cara kita merespon konflik Israel Vs Arab-Palestina. Negara misalnya masih sangat terikat dengan pembukaan UUD 45 yang menolak setiap penjajahan di muka bumi ini. Meski konstitusi kita menganut asas terbuka sebagaimana halnya ideologi Pancasila, tapi sampai sejauh ini kita tak berdaya karena belum pernah membahas secara komprehensif apa yang dimaksud dalam pembukaan tsb, apakah Arab-Palestina yang sudah merdeka sejak 1988 tetap kita sebut sebagai dijajah Israel karena tuntutan orang Arab disini harus termasuk Yerusalem, baru mereka puas, meski PBB sudah mewanti-wanti bahwa Yerusalem ada di bawah otoritas Kerajaan Yordania dan bukan di bawah otoritas Israel yang hanya berwenang soal keamanan saja.
Bagi kuping Kristiani dimanapun, ini terdengar aneh. Mereka memang tidak pernah menyuarakannya. Mengapa? Budaya Judeo-Kristiani adalah jawabnya. Bukan berarti kalangan Kristiani pro Israel. Oh No. Tapi tiada Kristiani tanpa Yahudi, karena Kristiani akarnya memang kitab Yahudi yang disebut dalam Bible sebagai Perjanjian Lama, sedangkan keimanan Kristiani terdapat dalam Injil Kristus. Arab sungguh tak ada dalam kamus mereka. Mereka hanya tahu Yerusalem itu milik abadi Israel dan bukan milik orang Arab. Itu yang sudah diyakini mereka sejak misi dan zending pertama datang ke negeri ini yang tentu jauh lebih tua dibandingkan kemerdekaan Arab-Palestina pada 1988.