Interpretasi terhadap dialog dan hubungan antar karakter dalam sebuah karya sastera dapat bervariasi antara penonton. Namun, secara umum, interaksi antara Marie-Laure dan Werner dalam novel ini tidak hanya bersifat metafora, tetapi juga mencerminkan realitas yang kompleks dari sudut pandang dua individu yang hidup di sisi yang berlawanan selama Perang Dunia II.
Dialog mereka dapat mencerminkan tema-tema seperti :
1. Ketidakpastian dan Tragedi Perang. Pertemuan dan dialog antara Marie-Laure dan Werner memperlihatkan dampak perang pada kehidupan sehari-hari dan bagaimana konflik tersebut mempengaruhi orang-orang dari berbagai latar belakang.
2. Kompleksitas Moralitas dan Pilihan Hidup. Karakter Werner, yang awalnya terlibat dalam kelompok militer Jerman, menghadapi konflik moral dan internal seiring berjalannya waktu. Dialog mereka mencerminkan perjuangan moral dan kesulitan memahami konflik yang melibatkan pilihan hidup dan keputusan sulit yang harus diambil.
3. Hubungan Antarmanusia di Tengah Konflik. Meskipun berada di sisi yang berlawanan, dialog antara Marie-Laure dan Werner mencerminkan aspek kemanusiaan yang bersifat universal dan mungkin menyoroti kompleksitas hubungan antarmanusia di tengah konflik politik dan perang.
Apakah dialog tersebut dianggap sebagai metafora atau representasi realitas yang kompleks tergantung pada perspektif penonton. Banyak penonton yang melihat karya sastera seperti ini sebagai sarana untuk menggambarkan dan merenungkan kondisi kemanusiaan, moralitas, dan dampak perang dengan cara yang mendalam dan kompleks.
Serial ini diakhiri dengan Marie-Laure yang melemparkan batu permata bernama Lautan Api ke laut.
Apakah batu permata ini riel ada atau itu juga semacam metafora dalam dunia sastera.
Dalam novel tersebut, permata Lautan Api (Sea of Flames) adalah sebuah batu permata yang memiliki mitos di sekitarnya. Tanpa memberikan terlalu banyak detail yang dapat mencederai pengalaman penonton, batu ini memiliki arti simbolis dan metaforis dalam narasi. Pemberian nama seperti "Lautan Api" saja sudah memberikan indikasi bahwa batu tersebut memiliki konsep yang lebih dalam ketimbang benda mati biasa.
Pilihan melemparkan batu permata ke laut pada akhir cerita bisa saja diartikan sebagai simbol atau metafora untuk pembebasan, penyelesaian, atau pelengkapannya terhadap perjalanan karakter atau tema-tema yang dijelajahi dalam novel.
Dalam banyak karya sastera, simbolisme dan metafora sering digunakan untuk menggambarkan perubahan, pencerahan, atau pembebasan karakter utama.