Bonus demografi dalam konteks Indonesia now adalah cara kita untuk memahami komponen-komponen utama yang membentuk perubahan sosial besar, khususnya pemilu serentak 2024. Salah satunya yang terpenting disini adalah generasi muda sekarang. Pahamilah bagaimana berbagai elemen tersebut berinteraksi yang dapat membantu kita dalam menganalisis dan memahami dampak dan implikasi dari perubahan tersebut.
Lihat pula serangkaian langkah dan peristiwa yang terjadi 2 tahun terakhir ini, misalnya demonstrasi massal untuk berbagai perubahan di bidang ekonomi maupun politik, bahkan perubahan gaya hidup.
Itu semua terjadi di penghujung kekuasaan Jokowi. Pergolakan itu semuanya terjadi di internal kita saja. Sementara kita sudah sampai ke tingkatan negara yang berpendapatan menengah. Kita butuh langkah-langkah strategis dalam tatanan global sekarang yang sedang berubah. Dan tidak bisa lagi terlena di internal kita saja.
Itulah yang mendorong munculnya pasangan Prabowo-Gibran sekarang. Pasangan itu tidak asal lahir begitu saja, atau lahir karena politik dinasti. Pasangan itu lahir dari semacam rekonsiliasi masa lalu yang telah mempolarisasi masyarakat kita.
Prabowo pada 2029 yad juga akan menjadi masa lalu. Tapi tidak dengan Gibran, AHY, Puan, Grace Natalie, Bobby dst. Indonesia tak lagi mengenal dinasti kecuali dinasti Hamengkubuwono di Yogyakarta. Yang ada dalam sistem demokrasi Indonesia adalah keluarga politik. Dan itu ada dimanamana, ntah itu keluarga Kennedy dan Bush di AS, ntah itu keluarga Marcos di Filipina, ntah itu keluarga Nehru di India, ntah itu keluarga Kennedy dan Bush di AS, ntah itu keluarga Soekarno, ntah itu keluarga Esbeye, ntah itu keluarga Jokowi dst. Sejauh anggota keluarganya punya aura atau magnitudo politik khusus untuk bangsa ini, mengapa tidak.
Begitulah, pemilu 2024 ada di tangan dan inisiatif anak-anak muda. Persis 2024 ini mereka, direpresentasikan Gibran, ikut dalam menentukan kemana arah bangsa ini ke depan.
Hasil survei Litbang Kompas pada 2 Nopember 2022 menunjukkan, PDIP sebagai partai pemenang pemilu tetap menguasai pemilih muda di Pemilu 2024. Selama 2022, PDIP selalu menduduki puncak suara pemilik suara Gen Z tertinggi. Di Oktober 2022, PDIP menguasai 19,0 persen suara. Posisi kedua setelah PDIP bukan dikuasai oleh Golkar sebagai juara kedua di Pemilu 2019, tapi oleh Partai Demokrat yang berada tepat di bawah PDIP dengan akumulasi suara sebesar 18,4 persen. Kepemimpinan AHY tak bisa disangkal menjadi sorotan anak muda sebagai preferensi politik di 2024 mendatang. Demokrat terus menanjak dengan menjadikan AHY sebagai "tail coat effect" atau efek ekor jas -- Lihat tirto.id dalam https://tinyurl.com/ykjqpob4
Gerindra dalam hasil survei yang sama terus mengalami keterpurukan dengan menjadikan Prabowo Soebianto sebagai ketua umum dan efek ekor jas. Suara Gen Z tak selalu berpihak pada partai ini. Hingga akhirnya di Oktober 2022 hanya 13,9 persen anak muda yang tercatat memilih Partai Gerindra. Kehadiran Gibran menjadi penting disini untuk mengimbangi itu semua. Kalau soal berpikir strategis ke depan di tatanan global sekarang, seorang Prabowo jangan ditanya lagi. Dengan isu-isu internal ditangani Gibran dan isu-isu eksternal oleh Prabowo yang sudah sangat matang disitu. Maka pasangan ini menjadi luarbiasa.
Dalam kampanye politik untuk memikat pemilih muda, penting untuk menggunakan pendekatan yang relevan dan menarik bagi generasi tersebut. Beberapa gimmick atau taktik yang dapat dipertimbangkan oleh Gibran Rakabuming Raka dan kontestan lainnya antara lain  :
Kampanye Media Sosial. Generasi muda aktif di media sosial, oleh karena itu, kampanye yang kuat di platform-platform seperti Instagram, Twitter, Facebook, TikTok, dan YouTube dapat membantu mendapatkan perhatian mereka. Konten kreatif seperti video pendek, meme, atau live streaming bisa menjadi gimmick yang efektif.
Partisipasi dalam Kegiatan Populer. Ikut serta dalam kegiatan atau tren populer di kalangan pemuda, seperti festival musik, atau acara kebudayaan, itu akan dapat membantu membangun koneksi dengan generasi muda.