Yang pasti, meningkatnya populasi hewan peliharaan yang tidak terlatih dan tidak terkontrol, itu akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Peningkatan kotoran hewan peliharaan dan potensi penyebaran penyakit menjadi perhatian utama.
Mengutip Leonie Helm : Kerugian lain yang jelas .. adalah kebersihan. Meskipun kita mungkin menganggap anjing kita bersih, kenyataannya kita tidak pernah tahu apa yang mungkin ada di sela-sela jari kakinya, atau di bulunya, atau di mulutnya. Suka atau tidak, anjing tidak memiliki kebiasaan kebersihan yang sama seperti kita dan membawa banyak kotoran dan terkadang parasit .. Lih newsweek.com dalam https://tinyurl.com/2dog7gyd
Karenanya, perlu ada langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dari perilaku semacam ini.
Pendidikan tentang tanggungjawab terhadap hewan peliharaan sebaiknya dimulai sejak usia dini. Sekolah-sekolah dapat memasukkan mata pelajaran atau kegiatan yang mengajarkan nilai-nilai penting terkait perlindungan hewan dan bagaimana merawat hewan peliharaan dengan baik.
Yang penting meski bukan yang terpenting adalah bagaimana kita mencari keseimbangan antara keinginan untuk menyayangi hewan dan tanggungjawab terhadap hewan peliharaan serta dampak negatifnya terhadap lingkungan dan masyarakat. Upaya kolaboratif dari individu, komunitas, dan pemerintah dapat membantu mengatasi masalah ini dan dapat menciptakan situasi di mana hewan peliharaan dapat hidup sejalan dengan lingkungannya.
Tempat penampungan hewan yang terbatas di perkotaan seperti penampungan anjing di Pejaten Jakarta, dan ada perorangan seperti seorang alumni FEB UI di Depok yang menampung kucing telantar yang tak jelas pemiliknya. Contoh lain di kota Malang yang populasi kucingnya kini minta ampun, sudah saatnya pemerintah setempat dan stake holdernya memprakarsai penampungan kucing tak jelas itu.
Terbuai sebagai kota pendidikan, tak heran banyak mahasiswa luar yang belanjanya pas-pasan sok pelihara kucing dan anjing, tapi hanya sekadar show nih gue penyayang binatang, sedangkan memberi makan dan merawatnya urusan belakang. Tak heran tempat penampungan dimaksud sepertinya jalan di tempat. Sebagaimana halnya tempat penampungan anjing tak jelas di Pejaten, Jaksel, tempat penampungan itu pada kenyataannya kekurangan dana untuk melanggengkannya.
Asal-lah tau, kebanyakan hewan yang berakhir di tempat penampungan berasal dari pemilik yang tidak lagi mampu atau ingin merawat mereka. Keputusan asal-asalan terhadap adopsi hewan dan kurangnya pemahaman mengenai tanggungjawab pemilik hewan dapat berkontribusi pada masalah over populasinya anjing dan kucing jalanan di perkotaan kita sekarang.
Langkah-langkah yang diperlukan