Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Cawapres 2024: Alot tapi Super Elastis Menggemaskan

14 Agustus 2023   18:53 Diperbarui: 14 Agustus 2023   19:03 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capres 2024 yang masih tolol bingung menetapkan siapa cawapres pendampingnya. Foto: cnbcindonesia.com

Meski Sekjen Gerindra Ahmad Muzani telah merespon Yenny Wahid dan keluarga Gus Dur soal dukungan untuk Prabowo, dimana menurut Muzani belum ada keputusan wakil presidennya. Hubungan kami dengan Mbak Yenny baik-baik saja. Tapi Muzani juga memastikan Cak Imin masih menjadi bacawapres terkuat untuk Prabowo Soebianto.

Akhirnya membaca Bacapres Prabowo Soebianto, tidaklah terlalu sulit. Lepasnya Ferdi Sambo dari hukuman mati sebagai contoh aktual, termasuk diskon-diskon lain kepada isteri dan anak buahnya. Keputusan MA itu hanya menunjukkan bahwa Brigjo atau Yosua Hutabarat yang dihabisi secara keji oleh Sambo sama seperti korban-korban '98, korban Tg Priok dan korban-korban lain ntah dimanapun itu sejauh di Indonesia. Mereka adalah korban dari kejahatan yang pelakunya harus diungkap.

Ketika negara tak mampu mengungkapnya, maka warganegara yang bernurani tentu harus mampu menentukan sikap berpihak pada keadilan. Contoh lain, kasus KPK belum lama ini yang setelah "digeruduk" serombongan bintang-bintang korps, seharusnya mengingatkan bangsa ini bahwa ada kelompok elite yang untouchable. Kelompok pemegang bedil yang menjadi penguasa sesungguhnya di negara-negara seperti Thailand dan Pakistan.

Pemerintah kita sejauh ini belum mampu mengungkap kasus 65, kasus Tg. Priok, kasus Mei '98, Mapenduma dst bukan karena kompleksitas permasalahan itu, melainkan karena menyangkut kelompok elite untouchable pemegang bedil.

So tamsil barunya disini Capres Prabowo yang mau dicoblos itu memang penjahat kemanusiaan. Ada dendam publik luas disini, karena ada korban. Ada korban berarti ada penjahatnya. Kalau tetap mau mencoblos Prabowo juga? Itu dagelan yang nggak lucu.

Kenapa MA meringankan hukuman Ferdi Sambo, dari hukuman mati ke hukuman seumur hidup? Kenapa MA menyunat hukuman Putri Chandrawati, dari 20 tahun ke 10 tahun? Kenapa negara melanggengkan stigma buruk dan hukuman administratif terhadap para keturunan anggota PKI dan afiliasinya? Kenapa korban begal yang berhasil membela diri sampai si begal terbunuh, malah dipenjara? Kenapa pedagang kecil di Bogor yang protes terhadap monopoli perdagangan yang dilakukan seorang Habib, malah dipenjara? Jawaban singkat untuk semua pertanyaan itu adalah negara belum mampu menyelesaikannya.

Kenapa Prabowo tidak diadili atas segala kasus dugaan kejahatan HAM di masa lalu? Kalau jawabannya karena Prabowo tidak bersalah. Disinilah kerancuannya. Kalau begitu jawabannya, maka pertanyaan-pertanyaan di atas harus dikoreksi. Misalnya Ferdi Sambo nggak terlalu jahat; Putri Chandrawati nggak bersalah sepenuhnya; karena keturunan PKI dan afiliasinya memang layak diperlakukan buruk selama-lamanya; karena korban begal yang membela diri tsb adalah pembunuh apapun kausalitasnya; karena pedagang kecil itu cerewet dan sok demo sama sang Habib, maka harus dipenjara biar kapok dst.

Siapa bilang Prabowo akan dapat melenggang begitu saja begitu didatangi Golkar dan PAN. Siapa bilang Ganjar Pranowo akan moncer ke depan ini. Siapa bilang Anies akan aman bersama AHY. Semuanya terayun-ayun seperti layangan putus di angkasa biru Indonesia.

Kita butuh seorang yang berkemampuan melanjutkan legacy Presiden Jokowi. Ganjar masih meragukan karena dia tak kurang tak lebih adalah petugas partai yang tiba-tiba ditunjuk sebagai pengganti Puan Maharani yang lebih dulu dicapreskan PDIP. Anies Baswedan kecebur mentah-mentah ke kubangan kotor Nasdem yang bereksperimen dengan perbohiran Menkominfo Johnny G. Plate yang gagal total. Prabowo Soebianto, publik luas takkan pernah mendukungnya karena korban masa lalunya yang kelam khususnya korban '98 yang belum pernah kembali sampai sekarang.

Jokowi yang meloncat kesana-kesini jelang akhir kekuasaannya menyerahkan persoalan ini kepada bangsanya apakah sudah dewasa matang, atau masih tetap seperti balita dalam berdemokrasi, yi pasrah dengan capres sekelas Prabowo, Ganjar dan Anies yang pasti takkan sanggup memegang tongkat estafet dari Presiden Jokowi.

Mumpung masih ada waktu, wahai publik luas segeralah cari Capres dan Cawapres alternatif, ntah itu Susi Poedjiastuti, Sri Mulyani dll yang tau persis bagaimana memegang tongkat estafet dari Presiden Jokowi. Jangan sampai telat lo ..

Joyogrand, Malang, Mon', August 14, 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun