DI TPU Karet Bivak lahan TPU sudah penuh, kalaupun ada yang berhasil untuk memakamkan keluarganya disana sekarang, ini tentu tak lepas dari kasak-kusuk cari koneksi.Â
Ini bergantung pada pejabat yang berwenang, apakah tetap tega disangoni karena berhasil menggolkan satu petak lahan makam bagi yang berkepentingan dst.
Secara keseluruhan adalah tak logis kalau koneksiisme soal lahan makam ini bagian dari kejahatan birokrasi.Â
Koneksiisme disini lebih banyak dari kedekatan hubungan si peminta tolong dengan pejabat terkait untuk dicarikan petak makam. Lain halnya kalau tanah di Jakarta memang selangit harganya. Jangan ditanya. Inilah persoalan itu.
Sebagai RTH
Ada pertanda TPU sekarang sudah mulai disinkronkan dengan pandangan bahwa TPU adalah Taman Bahagia yang artinya TPU seyogyanya dirancang hijau asri tanpa kesan menyeramkan.Â
Di beberapa area sudah dilakukan seperti itu, misalnya TPU Menteng Pulo. Warga yang memakamkan anggota keluarganya disitu tidak perlu lagi harus membangun beton permanen, tapi cukup batu nisan  dengan rerumputan hijau di atas pusara yang menandai petak makam, selebihnya adalah tanggungjawab UPT yang melayani disitu untuk merawatnya. Jadi ada keseragaman hijau, asri, damai dan teduh.Â
Dalam konteks ini Pemprop DKI melalui UPTnya dapat berkreasi menciptakan suasana asri, damai dengan anek pepohonan hijau dan bebungaan yang meneduhkan sebagaimana RTH atau Ruang Terbuka Hijau sekarang.
Memang seharusnyalah TPU itu bukan tempat yang menyeramkan, tapi tempat peristirahatan yang bernuansa tentram, damai dan teduh, bahkan ada konsep tapi sudah menjauh ke Karawang sana yi San Diego Hill Cemetery.Â
Di sini petak makam adalah semacam HGB yang frequently diperpanjang, bisa disewa untuk satu keluarga berisi 8 petak makam dengan harga sewa hampir 2 milyar untuk jangka waktu tertentu, bisa disewa untuk single dengan beaya pemakaman include sewa makam hampir Rp 200 juta, selebihnya adalah urusan San Diego Cemetery yang menciptakan hijau lestari di pemakaman itu.