Dalam kekacauan yang terjadi setelah perang, pada Nopember 1918, mahasiswa radikal menguasai Universitas Berlin dan menyandera rektor perguruan tinggi dan beberapa profesor. Banyak yang khawatir memanggil polisi untuk membebaskan para pejabat tsb akan mengakibatkan konfrontasi yang tragis. Albert Einstein, yang dihormati mahasiswa dan fakultasnya, menengahi krisis ini. Bersama dengan Max Born, Albert menengahi dan menyelesaikannya.
Setelah perang, dua ekspedisi dikirim untuk menguji prediksi Albert Einstein tentang  pantulan cahaya bintang di dekat matahari. Satu berlayar ke pulau Principe, di lepas pantai Afrika barat, dan yang lainnya ke Sobral di Brazil utara untuk mengamati gerhana matahari pada tgl 29 Mei 1919. Pada tanggal 6 Nopember hasilnya diumumkan di London pada pertemuan gabungan Royal Society dan Royal Astronomical Society.
Pemenang Nobel JJ Thompson, Presiden Royal Society menyatakan : "Hasil ini bukan satu-satunya, melainkan dari seluruh gagasan ilmiah .. Ini adalah hasil terpenting yang diperoleh sehubungan dengan teori gravitasi sejak zaman Newton, dan sudah sepantasnya diumumkan pada pertemuan komunitas ilmuwan yang begitu erat hubungannya dengan dia".
Judul berita yang terbaca di "The Times of London" berbunyi "Revolusi dalam sains - teori baru alam semesta - gagasan Newton digulingkan". Semua pernyataan pada moment itu, termasuk ruang melengkung, dengan segera mengangkat Albert Einstein menjadi fisikawan terkenal di dunia, penerus Isaac Newton. Undangan pun mengalir berdatangan dari seluruh dunia untuk bisa menghadirkan Albert Einstein.
Pada tahun 1921 Albert Einstein memulai tur dunia pertamanya seperti mengunjungi AS, Inggeris, Jepang dan Perancis. Kemanapun pergi, ia dikerumuni ribuan orang. Dalam perjalanan dari Jepang, dia menerima kabar akan menerima hadiah Nobel untuk fisika, tetapi untuk efek fotolistrik ketimbang untuk teori relativitasnya. Selama pidato penerimaannya, Albert Einstein mengejutkan hadirin karena berbicara tentang teori relativitas alih-alih efek fotolistrik.
Albert Einstein juga meluncurkan ilmu baru tentang kosmologi. Persamaannya meramalkan bahwa alam semesta itu dinamis - mengembang atau menyusut. Ini bertentangan dengan pandangan umum bahwa alam semesta itu statis, jadi dia sedikit enggan memperkenalkan istilah kosmologis untuk menstabilkan model alam semesta. Pada tahun 1929 Astronom Edwin Hubble menemukan bahwa alam semesta memang mengembang, dengan demikian menegaskan karya awal Albert Einstein.
Pada tahun 1930, dalam  kunjungan ke observatorium Mount Wilson dekat Los Angeles, Albert Einstein bertemu dengan Hubble dan menyatakan konstanta kosmologis sebagai "kesalahan terbesar"nya. Akan tetapi data satelit terbaru telah menunjukkan bahwa konstanta kosmologis mungkin bukan nol tapi sebenarnya mendominasi kandungan materi-energi di seluruh alam semesta. "Kesalahan" Albert Einstein tampaknya menentukan nasib akhir alam semesta.
Selama kunjungan yang sama ke California, Albert Einstein diminta tampil bersama komedian kesohor Charlie Chaplin selama pembuatan film Hollywood "Lampu Kota". Ketika keduanya dikerumuni oleh ribuan orang, Chaplin berkomentar "orang-orang bertepuk tangan kepada saya karena semua orang memahami saya, dan mereka memuji anda karena tidak ada yang memahami anda". Albert bertanya kepada Chaplin "apa artinya semua itu?" Chaplin menjawab, "tidak ada".
Albert Einstein juga memulai korespondensi dengan pemikir berpengaruh lainnya selama periode ini. Dia berkorespondensi dengan Sigmund Freud (keduanya memiliki anak laki-laki dengan masalah mental) tentang apakah perang itu intrinsik bagi kemanusiaan. Dia berdiskusi dengan mistikus India Rabindranath Tagore dan mempertanyakan apakah kesadaran dapat mempengaruhi keberadaan. Sangat menarik melihat Albert Einstein bersama Tagore, penyair dengan kepala pemikir, dan Albert Einstein, pemikir dengan kepala penyair. Bagi pengamat, seakan dua planet sedang mengobrol.
Albert Einstein juga mengklarifikasi pandangan religiusnya, dengan menyatakan bahwa dia yakin ada "orang tua" yang merupakan pemberi hukum tertinggi. Dia menulis dia tidak percaya pada Tuhan pribadi yang ikutcampur dalam urusan manusia, tetapi percaya pada Tuhan dari filsuf Yahudi Belanda abad 17 Benedict de Spinoza, yi  "Tuhan harmoni dan keindahan". Dia yakin tugasnya adalah merumuskan teori utama yang memungkinkannya "membaca pilihan Tuhan".