Albert menulis dua "keajaiban" yang sangat mempengaruhi tahun-tahun awalnya. Yang pertama adalah perkenalannya dengan "Kompas" pada usia 5 tahun. Dia bingung ada kekuatan tak terlihat yang bisa membelokkan jarum kompas. Ini akan mengarahkannya seumur hidup pada pesona adanya kekuatan tak terlihat. Keajaiban kedua datang pada usia 12 tahun ketika dia menemukan sebuah buku geometri yang kemudian dilahapnya dan menyebutnya sebagai "sacred little geometry book" atau kitab suci mungil tentang geometri.
Albert menjadi sangat religius pada usia 12 tahun, bahkan menggubah beberapa lagu untuk memuji Tuhan dan menyanyikan lagu religius dalam perjalanan ke sekolah. Namun hal ini mulai berubah setelah dia mencoba membaca buku-buku sains yang bertentangan dengan keyakinan agamanya. Tantangan terhadap nilai-nilai keagamaan yang mapan ini telah meninggalkan kesan yang mendalam dan panjang dalam hidupnya.
Di gedung olahraga Luitpold, Albert yang sering merasa terasing dan telah menjadi korban sistem pendidikan bergaya Prusia yang tampaknya mengekang orisinalitas dan kreatifitas. Seorang guru bahkan mengatakan kepadanya bahwa dia tidak akan pernah berarti apa-apa.
Pengaruh penting lainnya terhadap Albert Einstein datang dari seorang mahasiswa kedokteran, Max Talmud (kemudian menjadi Max Talmey), yang sering makan malam di rumah Albert. Talmud menjadi tutor informal, memperkenalkan Albert pada matematika dan filsafat yang lebih tinggi. Sebuah titik balik penting terjadi ketika Albert berusia 16 tahun. Talmud sebelumnya telah memperkenalkannya pada seri sains anak-anak karya Aaron Bernstein, Naturwissenschaftliche Volksbucher (1867-68; buku populer tentang ilmu fisika), dimana penulis membayangkan mengendara listrik yang berjalan di dalam kabel telegraf.
Albert Einstein kemudian bertanya pada dirinya sendiri pertanyaan yang akan mendominasi pemikirannya selama 10 tahun ke depan : seperti apa cahaya jika anda bisa berlari disampingnya? Jika cahaya adalah gelombang, maka berkas cahaya akan tampak diam, seperti gelombang beku. Meski masih kanak-kanak, dia tahu gelombang cahaya yang tidak bergerak belum pernah terlihat, jadi ada sebuah paradoks.
Albert Einstein juga menulis karya ilmiah pertamanya pada waktu itu : "Investigasi Keadaan Aether dalam Medan Magnet". Pendidikan Albert terganggu oleh ayahnya yang berulang kali gagal dalam bisnis. Pada tahun 1894, setelah perusahaannya gagal mendapatkan kontrak penting untuk melistriki kota Munich, Hermann Einstein pindah ke Milan untuk bekerja dengan seorang kerabat. Albert ditinggalkan di sebuah rumah kost di Munich dan diharapkan menyelesaikan pendidikannya.
Sendirian, sengsara, dan menolak tugas militer yang membayanginya ketika dia berusia 16 tahun, Albert Einstein melarikan diri 6 bulan kemudian dan tiba di rumah ortunya yang terkejut ketika itu. Ortunya menyadari masalah besar yang dihadapi Albert sebagai anak putus sekolah dan "draft dodger" atau menghindari wajib militer tanpa keakhlian untuk bisa dipekerjakan. Prospeknya sungguh tidak menjanjikan apapun.
Untungnya Albert dapat mendaftar langsung ke Eidgenossische Polytechnische Schulen (Sekolah Politeknik Federal Swiss, pada tahun 1911, menyusul status universitas penuh pada 1909 dan berganti nama menjadi Eidgenossische Technische Hochschule, atau Institut Teknologi Federal Swiss) di Zurich tanpa ijazah sekolah menengah jika dia lulus ujian masuk yang sulit. Nilainya menunjukkan dia unggul dalam matematika dan fisika, tetapi gagal dalam bahasa Perancis, kimia dan biologi. Karena nilai matematiknya luarbiasa, ia diizinkan masuk ke politeknik dengan syarat ia menyelesaikan sekolah formalnya terlebih dahulu. Ia pergi ke sekolah menengah khusus yang dikelola oleh Joss Winteler di Aarau, Swiss dan lulus pada tahun 1896. Ia juga melepaskan kewarganegaraan Jermannya pada saat itu. (Dia tidak memiliki kewarganegaraan hingga 1901, ketika dia diberikan kewarganegaraan Swiss). Dia berteman seumur hidup dengan keluarga Winteler, yang bersamanya selama itu. (Puteri Winteler, Marie, adalah cinta pertama Albert Einstein; saudara perempuan Albert, Maja, pada akhirnya menikah dengan putera Winteler, Paul; dan teman dekatnya Michelle Besso menikah dengan puteri tertua Winteler, yi Anna).
Kisah saintis monumental satu ini takkan ada habisnya. Maka, kita langsung saja sekarang ke bagian terpenting dalam perjalanan hidupnya sebagai ilmuwan.
Mengubah Jalannya Fisika Modern