Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Bureaucratic Polity dan Birokrat dalam Bola Kaca Bening

13 Maret 2023   16:19 Diperbarui: 13 Maret 2023   16:32 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perjalanan waktu yang tak diduga, tipe ideal Weber itu berubah menjadi "bureaucratic polity" yi sebuah fenomena penyelenggaraan negara yang menyimpang. Oleh para akhli seperti Fred W. Riggs dan Karl D. Jackson, model seperti ini sering disamakan dengan bureaucratic authoritarian.

Sebutan bureaucratic authoritarian digunakan terhadap rezim yang menggunakan instrumen birokrasi untuk melanggengkan kekuasaan; rezim kekuasaan yang dijalankan oleh lembaga birokrasi.

Kita sekarang hidup dalam bureaucratic polity, dimana Birokrat yang bekerja disini bukan hanya pejabat karier inter departemental di pemerintahan mulai dari pejabat eselon V (terendah) hingga eselon I (tertinggi). Dalam realitas, Birokrat itu ada everywhere baik di Eksekutif, Legislatif, Judikatif, Kepolisian, Kemiliteran dan pelayanan umum seperti PTN, PTS, Gereja, Masjid, Rumahsakit dst. Pejabat negara seperti Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota yang diketahui adalah pejabat politis, juga termasuk dalam bureaucratic polity.

Mengutip Prof Fred W. Riggs, dalam birokrasi rasional yang semakin terpencar karena proses differensiasi yang melahirkan berbagai fungsi dalam organisasi modern yang menekankan efektifitas dan berfungsinya birokrasi, para birokrat ini seharusnya adalah manajer-manajer profesional dalam strategic thinking, coordinative thinking maupun operative thinking.

MAW Brouwer pernah mengatakan mengenali manajer itu mudah saja. Lihat mereka yang datang menyongsong sang manajer dan langsung membawakan tasnya, atau sang manajer datang ke kantor tanpa basa-basi, dan menenteng tasnya sendiri. Yang mana yang rasional dan yang mana yang tidak rasional. Mari kita lihat itu dalam kemasan modern dan bukan lagi dalam kemasan budaya feodal.

Good Boy dalam sebuah era pastilah ada, demikian juga Bad Guy. Hanya soalnya bagaimana step by step Bad Guy ini disingkirkan dari Bureaucratic Polity. Kita tak menuding bahwa Jokowi yang sederhana itu adalah tipe yang tak rasional dalam birokrasi. Yang kita pastikan bahwa tipe idealnya Weber untuk organisasi modern sudah tereliminasi oleh zaman itu sendiri.

Frame Weber

Maka dalam Bureaucratic Polity zaman now, para birokrat yang banyak dibantu oleh kalangan intelektual yang berperan sebagai teknokrat, harus dapat digiring kekuasaan agar mereka tetap konsisten dalam frame Weber. Ideologi mereka adalah ketertiban dalam masyarakat dan pemerintahan. Bagaimana agar konsisten dengan kedua hal strategis itu, tentu Presiden melalui LAN dan Pendayagunaan Aparatur Negara harus dapat merumuskan bagaimana cara yang paling efektif untuk merekrut manajer-manajer profesional. 

Dewan Kepangkatan dan Jabatan dalam proses rekrutmen manajer-manajer professional dalam Bureaucratic Polity adalah omongkosong lama yang sudah saatnya dihapus. Kita lihat misalnya di tingkat politis Jokowi pernah menunjuk Ibu Pudjiastuti yang profesional dalam bisnis perikanan itu menjadi Menteri Kelautan. Dan yang terkini Jokowi mengangkat Erick Thohir seorang pebisnis profesional yang juga pemilik salah satu klub bola professional di Inggeris menjadi Menteri BUMN.

Sejalan dengan itu, kalangan teknokrat sudah saatnya dientaskan dari dunia idealis o'on yang a-politis. Pikiran bahwa peranan politis dan kritis mereka akan merugikan, bahkan mengancam kedudukan mereka sebagai individu maupun kelompok, sudah harus ditinggalkan.

Mereka harus bersikap kritis, apalagi para pejabat di eselon  menengah dan tinggi. Kritik mereka senantiasa fokus pada efisiensi dan efektifitas mesin birokrasi, termasuk bagaimana merespon cepat keadaan masyarakat sekarang. Itu sangat strategis dalam arti mengembalikan kepercayaan publik dan pulihnya wibawa pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun