Ibu Ira eks Timtim dan Coto Makassar Marannu Qi di Malang
Sejauh mana pun kita berjalan di kota Malang, maka sejauh itu pula kita akan melihat pemandangan betapa kota Malang di samping sebagai kota pendidikan yang sudah lama disandangnya, juga adalah kota kuliner.
Nah ketika jalan-jalan ke MOG (Mal Olympic Garden) di downtown Malang, Jln Kawi 24, belakang stadion lama Gajayana beberapa waktu lalu bersama doi dan my daughter A dan K, mereka cari apa dan saya cari apa, ya cari-carian namanya.
Maklum, saya nggak terlalu suka dolan-dolan ke mal. maka saya tunggu ketiganya di lobby seraya rokok-an tentunya. Di dalam MOG diharamkan merokok, sedangkan saya perokok berantai yang tak mungkin tak merokok, lagian industri rokok kan jalan terus, meski pabrikan rokok diwajibkan menulis kata-kata sakti kesehatan bahwa merokok itu merusak kesehatan dst dst hingga ada gambar tenggorokan bolong di salah satu pemaksaan iklan kesehatan yang nggak sehat itu. Go to hell-lah semuanya itu, yang pasti saya merokok sampai sekarang tanpa risiko apapun. Titik.
Batang ketiga Jisokam belum tersulut, ee doi dan kedua my daughter sudah nge-bel. Ok saya di lobby seperti biasa. Kami pun beriringan keluar MOG yang ketika itu gerimis kecil yang tak memerlukan payung. Urusannya sekarang cari makan di luar MOG. Makanan di mal memang ada, tapi nggak sreg alias bosan, karena menunya itu-itu saja.
Begitu di Jln Kawi, kami celingak-celinguk lha koq persis di depan MOG nggak ada tukang makanan. Ketika berjalan ke kanan atau nganan lagi dan lagi, baru terlihat ada rumah makan di depan mata yang terbaca brandingnya setelah kucek-kucek mata karena gerimis sejuk sebagai "Coto Makassar".
Rumah makan itu kecil saja tapi benderang dengan neon box yang bagus bertuliskan Coto Makassar yang mengundang orang menghampirinya. Kalian pasti suka, karena kuliner Sulawesi selatan yang serupa tapi tak sama dengan soto yang ada di Jawa ini kenceng di bumbu, tak ubahnya kuliner Sumatera utara khususnya Medan. Ok bos, kata doi dan anak-anak pun mengangguk setuju.
Di dalam suasana adem, bersih, dan diinteriorisasi minimal, tapi secara keseluruhan dapat menggambarkan inilah coto makassar itu.
Setelah membuka-buka daftar menu, terbaca ada dua macam coto yi yang daging thoq dan yang dimix al daging, paru, hati, limpa, babat dst. Pendeknya jeroan sapi dan daging dimix jadi satu. Juga ada Jalangkote yang di Malang biasa disebut pastel, ada panada (ikan/ayam), ada es pisang ijo, es teler makassar, es markisa dll.