Usia 70-an Dan Legacy Dalam Perpolitikan Di Negeri +62
Bosan menggunakan istilah Wakanda atau negeri fiksi dalam komik marvel, sebaiknya kita kembali saja ke istilah digital yi negeri +62. Ya, negeri +62 sepertinya akan lebih permanen sejauh Putin tak jadi memicu trigger nuklirnya di mandala Eropa sana. Kalau dipicu, Asia juga akan terpicu bukan, karena ada Jong Un, ada China, ada negeri Bollywood dan ada negeri Bhutto di Asia timur dan selatan sana. Semuanya itu berkekuatan nuklir dan ada konektivitasnya dengan negeri yang tengah berkonflik di mandala Eropa sana. Maklum banyak pergeseran geopolitis dan geostrategis dunia pasca AS eksodus dari Afghanistan. Dan negeri +62, jelas akan menjadi korban.
Nah melupakan sejenak kemungkinan perang nuklir, kita lihat negeri +62 ini sekarang tengah ramai dunia kangouw atau parmonsakan atau persilatan politiknya menuju pergantian kekuasaan pada 2024. Jurus-jurus barupun sudah diumbar, selain jurus-jurus lama seperti "hantu komunis", ijazah palsu, nama palsu dan agama palsu bla bla bla. Jurus baru tak banyak, meski ada. Jurus itu kebanyakan berbentuk konten-konten kreatif hasil modif, misalnya analogi politik dan kontradiksi politik.
Larikah semua itu dari dunia politik per definisi? Tidak. Itu jawaban kilatnya. Mengapa? Karena politik tetaplah urusan sejengkal perut rakyat. Untuk mengurus perut yang menjadi ratusan juta jengkal itu dibutuhkan kekuasaan. Dan kekuasaan itu diperebutkan dalam apa yang dinamakan sebagai "struggle for power"(Hans Morgenthau, Politics Among Nations).
Begitulah, para Bacapres kini digulirkan menuju Pemilu 2024. Hasil poling pun bergerak terus. Semua peragaan untuk mereka sah saja. Ntahlah kalau nanti diidentitaskan lagi seperti beberapa kali pemilu lalu. Meski politik identitas juga sah, tapi berbahaya karena apabila terdistorsi jauh dari sistem nasional kita yang multi etnis dan multi culture, maka itu akan sangat mengancam bagi kesatuan dan persatuan nasional negeri +62.
Kalau mengusung program, katakanlah ekonomi kerakyatan, mazhabnya terlalu banyak dan berbelit-belit urusan teknisnya. Mengusung keadilan sosial, disamping mazhabnya juga banyak, keadilan sosial adalah sebuah utopia sekaligus dystopia. Repot. So, yang termudah adalah menghantukan yang sudah lama dihantukan seperti bahaya PKI, mengusung pohon silsilah, mengkultuskan seseorang dari sisi terbaiknya setelah memfilter sisi terburuknya, mengungkit kebobrokan moral karena poligami dst, mengungkit masalah korupsi dll. Nah, ini yang mudah bahkan tak lagi perlu dicerna komunitas +62 yang sudah mulai mendigital, mulai dari bakul sayur di pasar basah tradisional sampai seorang kayaraya yang lagi sarapan sop sarang burung walet di sebuah resto muahal yang mengatasnamakan makanan eksklusif dan membuat kita konon bisa berumur panjang.
Umur Dan Legacy
Nasdem di bawah Surya Darma Paloh kini menjadi sorotan utama setelah pencapresan Anies Baswedan 3 Okt' ybl. Awalnya 3 Bacapres dalam Munas Nasdem sebelumnya. Kini dipertegas hanya Anies. Wowok dan Ganjar dicoret. Titik.
Pak brewok Paloh tentu tak asal memutus begitu saja. Pasti ada kalkulasinya dalam struggle for power menuju Pemilu 2024. PDIP dan Gerindra yang kelihatannya adem-adem saja mendekati Pemilu 2024, dinilai tidak lagi memberi harapan koalisi untuk pencapresan ke depan. Bagaimana kalau mencuri start dengan pencapresan Anies yang akan habis masa kegubernurannya pada 16 Okt' 2022. Nasdem akan mengerek nama Anies selepas masa jabatannya, termasuk melindunginya dari tuduhan abuse of power semasa menjabat Gubernur DKI. Interval waktu untuk ini sangat lebar (medio Okt' 2022 s/d awal 2024). Inilah magnitudo yang diciptakan Paloh untuk memotivasi partai lain berkoalisi dengannya, except PDIP dan Gerindra.
Surya Darma Paloh yang sekarang berusia 71 tahun, Prabowo Soebianto atau Wowok 70 tahun, Esbeye