Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Traveling Sumba: Air Terjun Waimarang

13 Juni 2022   19:11 Diperbarui: 14 Juni 2022   17:34 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papan unik penunjuk arah dunia dan papan wisata Air Terjun Waimarang. Foto by Kenia.

Traveling Sumba : Air Terjun Waimarang

Tibalah kita pada bagian tiga atau catatan terakhir dari Traveling Sumba 31 Mei -- 4 Juni 2022, yi menikmati pesona air terjun Waimarang, Umalulu, Sumba timur.

Pada bagian pertama, betapa kita terpesona oleh padang savana di Bukit Hiliwuku, Matawai La Pawu, Sumba timur. Spot foto yang luarbiasa. Pendeknya berfoto apapun di Hiliwuku pasti instagrammable. Lalu di bagian kedua kita tak kurang terpesonanya dengan kampung adat Praiyawang di Desa Rindi, Kecamatan Rinda, Sumba timur. 

Betapa legacy leluhur masih terjaga dengan baik disana dan yang menakjubkan tentu bagaimana kepercayaan Marapu masih bertahan hingga sekarang. 

Itu hanya berarti bahwa nilai yang tak mudah lekang oleh zaman adalah nilai mitis Marapu yang telah menjadi fondasi budaya masyarakat Sumba sepanjang masa. Tak salah kalau Bung Karno pernah mengatakan kepercayaan yang beranekaragam di nusantara adalah sumber utama Pancasila.

Selepas kerja CSR, Kenia dkk kembali diarahkan oleh Sumba Volunteers di bawah dokter Aldo Anapaku agar berwisata ke air terjun Waimarang. Pemilik Mai-Yohu cafe di Waingapu ini, selain dokter yang mengabdi di tanah kelahirannya sendiri, juga Aldo adalah perintis Sumba Volunteers yang menggerakkan siapapun warga Sumba dan para pendatang yang terketuk hatinya untuk membangun Sumba.

Kenia (kr) dan  nona profil Sumba (kn) di Air Terjun Waimarang, Umalulu, Sumba timur. Foto by Akbar dan Aldo Anapaku. 
Kenia (kr) dan  nona profil Sumba (kn) di Air Terjun Waimarang, Umalulu, Sumba timur. Foto by Akbar dan Aldo Anapaku. 

Etos Marapu dari seorang Aldo  tergambar dari medsos kesayangannya yi Instagram. Dia banyak bercerita tentang keterbelakangan Sumba yang harus disentuh dan diberdayakan. Ini dapat kita lihat dari berbagai video pendek yang dipostingnya secara teratur di media gambar dan video itu. 

Aldo biasanya membuat caption pendek, tapi gambar dan video yang dipostingnya adalah gambaran Sumba selengkapnya hingga ke pelosok yang boleh jadi jarang, bahkan tak pernah dilihat oleh orang banyak.

Tak heran Ia menawarkan obyek wisata lain yang perlu dilihat, yi air  terjun Waimarang, kl 78 Km dari Waingapu. Selama ini orang hanya tahu Sumba adalah daerah savana dan sebagian stepa yang itupun pepohonannya tak seberapa.

Jalan menurun menuju lokasi wisata Air Terjun Waimarang. Foto by Akbar Cs Kenia.
Jalan menurun menuju lokasi wisata Air Terjun Waimarang. Foto by Akbar Cs Kenia.

Di musim hujan yang hanya 3-5 bulan, savana dan stepa itu menghijau memang, tapi di musim kemarau panjang (April-Oktober), semua lahan di Sumba mengering. Sejauh mata memandang yang kita lihat hanya warna kecoklatan dari rerumputan khas Sumba yang meranggas.

Tapi itu pulalah uniknya, di wilayah perbukitan yang meranggas seperti di Bukit Hiliwuku misalnya, di saat jelang sunset atau pas tinggal separuh lagi bulatan mentari akan di telan cakrawala, justeru disitulah moment yang terindah buat ambil foto.

Kalau sobatku Andang Kosasih ada disana, tentu kamera DSLRnya yg canggih yi Canon yang dilengkapi kamera khusus untuk panorama akan dapat menjepret moment luarbiasa itu tanpa ragu sedikitpun bagaimana hasilnya nanti. 

Soalnya dengan kamera mobile Samsung terkini yang dilengkapi settingan pro saja kita sudah dapat menghasilkan foto yang bagus di padang savana Sumba.

Tak salah kalau seorang putera terbaik NTT alm Herman Johannes seorang Professor geologi di UGM mengatakan NTT pada umumnya beriklim semi arid, yi iklim semi-kering yang curah hujannya di bawah evapotranspirasi potensial, tetapi tidak serendah iklim padang pasir.

Papan unik penunjuk arah dunia dan papan wisata Air Terjun Waimarang. Foto by Kenia.
Papan unik penunjuk arah dunia dan papan wisata Air Terjun Waimarang. Foto by Kenia.

Dalam klasifikasi Koppen, savanna-stepa Sumba termasuk sebagai perantara iklim gurun dan iklim lembab dalam karakteristik ekologis dan potensi pertanian. Iklim semi-arid di NTT, khusus Sumba, cenderung mendukung vegetasi pendek. Tak heran Sumba didominasi oleh rumput atau semak.

Kalau ada aliran air di musim kemarau. Itu dipastikan di celah-celah perbukitan, karena memang Sumba kaya dengan perbukitan sampai dijuluki pulau dengan seribu bukit dan yang tertinggi yang bisa disebut gunung hanya Wanggameti (1.225 meter). Tapi itupun tak semua, sebagaimana dapat dilihat dari videografi Aldo di media Instagramnya.

Mengapa begitu sulit air di Sumba. Dari sekian ribu celah perbukitan di Sumba, hanya beberapa celah saja yang konstan mengalirkan air di musim kemarau panjang. Tak jauh dari celah berair itu bisa kita temui perkampungan khas Sumba.

Kalau celah lainnya mengering itu adalah konsekuensi tanah patahan Sumba, yang sebagian besar di antaranya mempunyai patahan Caesar. Seberapa deraspun hujan tercurah dari langit, ketika reda, celah Caesar yang ada disitu akan menelannya.

Berwisata ke Air Terjun Waimarang setelah beres CSR di Kampung Praiyawang. Foto by Kenia dan Akbar.
Berwisata ke Air Terjun Waimarang setelah beres CSR di Kampung Praiyawang. Foto by Kenia dan Akbar.

Menurut teman baikku Tagor Pane seorang Insinyur yang belajar air tanah di India, air yang seakan ditelan bumi itu bukannya menghilang begitu saja. Tidak ada jin disitu. 

Menurutnya kita harus dapat memetakan aliran air bawah tanah itu dengan satelit sumberdaya yang canggih yang mempunyai pengindera khusus yang dapat mencitrakan alur air bawah tanah sebagaimana air zamzam di Mekah Arab Saudi yang menurut kajian air tanah dari pemetaan satelit, air itu bersumber dari Gunung Alpen di Eropa, ia mengalir ke Arab Saudi melalui alur bawah tanah.

Maka ketika mendengar client Kenia yi Insight Indonesia dkk mengerjakan proyek sumur bor di Desa Rindi. Syukurlah perkampungan itu tak perlu sumur artesis yang harus dibor ratusan meter. 

Itu artinya di desa tsb air tanah tak bermasalah. Tapi di daerah lain belum tentu sumur bor bisa. Kalaupun dibuatkan artesis, juga belum tentu dalamnya ratusan meter, jangan-jangan ribuan meter pun tak ada.

Maka saya pikir perjuangan Aldo berikutnya tentu bagaimana agar pemerintah pusat dapat membantu bagaimana agar alur air bawah tanah Sumba ini dapat dipetakan oleh satelit sumberdaya yang canggih sebagaimana telah disinggung dimuka.

Kembali ke perjalanan berikut yang adalah perjalanan wisata terakhir di pulau Sumba bagi Kenia dkk, yi menuju air terjun Waimarang. Meski hanya 78 Km dari basis mereka di Waingapu, perjalanannya ya lumayan seru, karena separuh terakhir perjalanan ternyata harus menempuh medan berbatu-batu yang belum diaspal samasekali.

Hotel bintang empat Kambiniru, Waingapu, Sumba timur, dengan interior yang unik menarik. Foto by Kenia.
Hotel bintang empat Kambiniru, Waingapu, Sumba timur, dengan interior yang unik menarik. Foto by Kenia.

Sesampai di lokasi, terlihat ada papan penunjuk ke berbagai belahan dunia yang unik dan disebelahnya ada semacam pos tapi bukan untuk urusan tiket masuk Waimarang. Bukan. Tapi sebuah warung untuk sekadar makan Indomie, ngopi dan minum air kelapa atau air mineral botolan dan yang terpenting untuk parkir mobil, juga seperti biasa ada buku pengunjung.

Papan penunjuk jalannya cukup kreatif, Ka'abah Mekah disitu ditulis sebagai berjarak 9.475,86 Km dari Waimarang, Basilika St. Peter di Vatikan sebagai berjarak 12.246 Km dari Waimarang, Monas Jakarta sebagai berjarak 1.574,69 Km dari Waimarang, tapi herannya ke Tugu Pahlawan Surabaya koq hanya disebut sebagai berjarak 916,24 Km dari Waimarang. Ini ecek-ecek unik yang membuat kita tersenyum. He He ..

Menurut warga setempat, air terjun Waimarang ditemukan warga sekitar tahun 2015 dan mereka bergotongroyong memolesnya, al membuat jalan undakan untuk menuruninya. Dan itu semua baru dapat dirampungkan begitu Pemda Sumba timur Cq dinas sosial membantu finishingnya dengan dana ala kadarnya.

Tepat dari papan penunjuk arah belahan dunia itulah, Kenia dkk menuruni lereng yang lumayan terjal. Untuk mencapai air terjun yang hanya berjarak kl 1 Km, bayangkan kl 30 menit kemudian Kenia dkk baru bisa sampai ke air terjun Waimarang. Betapa akses seupil yang masih  sangat sederhana itu dapat menghalangi tatapan kita untuk menikmati pesona alam yang tak muncul tiba-tiba begitu saja.

Udara sejuk sangat terasa di lokasi ini. Rasa capek menuruni undakan pun -- sebagiannya cukup berbahaya, apalagi kalau hujan, tentu undakan itu licin -- jadi terobati.  Air mengalir dari ketinggian sekitar 5 meter dengan kolam renang alami yang cukup luas di bawahnya.

Bagi perenang, sekalipun amatir, ini tentu mengasyikkan. Bisa meloncat dari tebing batu di sekeliling kolam. Beberapa bagian kolam memang cukup dalam, sehingga kita bisa terjun bebas dari ketinggian. Yang gampangan, langsung saja nyebur ke tepian kolam melalui celah masuk, lalu berenang dengan gaya apa saja.

Bagi mereka yang tidak ingin berenang, yap bisa hanya sekadar merendamkan tubuh di pinggir kolam dekat celah masuk yang kedalamannya hanya sekitar 1 meter, sebagaimana my daughter Kenia lakukan, karena celakanya sudah dari sononya ia tak pernah punya waktu untuk belajar renang. He He ..

Kenia di Pantai Kelapa Lima, Kupang. Foto by Akbar.
Kenia di Pantai Kelapa Lima, Kupang. Foto by Akbar.

Sementara itu, bagi para pengunjung yang hanya ingin berfoto, latar air kolam berwana hijau tosca dengan dinding bebatuan kapur yang unik dapat memberikan efek yang indah pada setiap jepretan. Bayangkan kolam dengan batu-batu alami yang mengitarinya. 

Pendek kata, segarnya udara dan dinginnya air disana, membuat air terjun Waimarang dapatlah dikenang sebagai salah satu pesona Sumba, yi terselipnya air terjun di bentangan perbukitan savana yang seakan tak berujung.

Haripun semakin sore menuju malam, Kenia dkk segera kembali ke Inovanya masing-masing. Tapi mereka minum dulu di pos setempat dan bayar parkiran. Berbeda dengan Bukit Hiliwuku yang parkir per mobil Rp 50 ribu. Di Waimarang parkir mobil hanya Rp 10 ribu. Bye Waimarang. Engkau dalam kenangan.

Sebelum meninggalkan Sumba besok Sabtu 4 Juni 2022, malamnya di hotel bintang empat Kambiniru Kenia dkk beres-beres barang dan tak lupa mereview semua foto perjalanan termasuk videografi yang mereka buat selama di Sumba. Dan ternyata ada terselip foto hotel Kambiniru plus interiornya yang indah yi Kuda Sumba.

Tapi sebelum ending, kita balik kanan dulu. Kupang selaku ibukota NTT layak kita sapa sejenak, karena di bawah Gubernur Laiskodat sepertinya NTT sedang menggebu memacu perkembangan kepariwisataan NTT.

Ketika transit di Kupang pada Selasa 31 Mei 2022, sebelum oper pesawat ke Waingapu pada sore harinya, Kenia sempat jalan-jalan melihat Pantai Kelapa Lima di Jln Timor raya. Pantai Kelapa Lima yang berpasir putih yang semula telantar itu telah disulap menjadi indah dan persis di belakangnya berdiri Hotel Aston yang megah. Obyek wisata kota ini diresmikan langsung oleh Presiden Jkw pada Kamis 24 Maret 2022 lalu.

Sayang ia tak sempat melihat sunset di Pantai Kelapa Lima, Kupang, karena harus cepat kembali ke hotel tempat dia beristirahat tak jauh dari Bandara El Tari. Tapi ia sempat mengambil beberapa foto menarik.

Yang menggugah dari semuanya itu, sulungku Kenia berharap akan ke pulau Timor lagi sebagaimana yang diposting di timeline facebooknya 8 Juni lalu : "Ada perasaan senang tersendiri ketika berada di Kupang. Sebagian aroma tempat ini mengingatkan akan masa kecil. Entahlah, mungkin karena diri ini lahir di Dili, Timorleste. Alam dan dialek orang sini seakan menyatu dengan diri. See you again Kupang, nanti kita main-main lama disini, jika kelak diri ini bisa mengunjungi perbatasan, marilah jumpa Dili juga. Kangen juga rupanya daku kesana .."

Tks my sweety Kenia, perjalananmu ke Sumba, termasuk transit di Kupang, telah Bapak tulis kembali dengan cara dan gaya Bapak untukmu dan untuk kita semua.

Pagi itu, Sabtu 4 Juni 2022, ia sudah di atas pesawat regional Wing Air yang baru saja lepas landas dari Bandara Umbu Mehang Kundu, Waingapu, Sumba timur, menuju Bali dan dari Bali oper Batik Air menuju Jakarta.

Ciao. Salam Wisata. Sampai jumpa di tulisan lain.

Joyogrand, Malang, Mon', June 13, 2022.

Kenia di Pantai KelapaLima, Kupang. Foto by Akbar.
Kenia di Pantai KelapaLima, Kupang. Foto by Akbar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun