Traveling zaman now serba mudah. Dengan beaya tak terlalu mahal kita bisa berfantasi bahkan ber-surrealis sesuka apa yang dimaui relung-relung terdalam kita.
Bayangkan dengan modal smartphone di tangan dan saldo secukupnya di cloud saving kita, kita bisa pilih aplikasi reddoorz dan sebangsanya. Maka dapat sudah yang kita inginkan ntah itu di Bandung, di Malang, di Dieng Wonosobo, di Banyuwangi dst. Itu di Jawa.Â
au bertualang lebih jauh, monggo, ntah itu ke Danau Toba, ke Danau Sentani Papua, ke Kintamani Bali atau berwisata kuda ke pulau Sumba NTT. Tinggal klik dan ada cloud saving secukupnya.
Nah ini kisah my wife Sherly dan sulungku Kenia Pakpahan. 9 Mei ybl mereka anter si nomor 3 Adelina ke kost-annya di Dago. Mereka naik KA, juga hasil klik-an. Setelah nginep semalam di Frances Hotel Cipaganti Bandung yang sudah lama Kenia klik di reddoorz, besoknya mereka anter Adel ke tempat kostnya di Cisitu baru, Dago, hanya sepelemparan batu ke kampusnya Adel yi ITB di Jln. Ganesha.
Lepas dari situ mereka langsung tancap gas ke Bobo Cabin di bilangan Cikole, Lembang, kl 15 Km dari kampus ITB. Bobo Cabin adalah hasil klik-an pertama Kenia ketika di Jakarta. Imajinasinya datang begitu saja. Ia merasa jenuh karena  WFH tiada henti dari rumahnya di Samanea Hill, Parungpanjang, Bogor.
Gegara pandemi, sudah cukup lama ia meninggalkan kantornya Fuse Lab di bilangan Sudirman, Jakarta. Maka berangkat dari imaji pertama, Â jadi sudah ia berdua Mamanya nginep di Bobo Cabin di tengah hamparan Pinus. Ya, itulah sebuah ecowisata di bilangan Cikole, Lembang, Bandung.
Asyik nggak? Lumayan Bos, kata my wife. Asyik Bapa karena fantasinya berbeda, kata my daughter Kenia.
Well, yang penting kalian happy dan pasca Bobo Cabin, Adelina ditemenin Mamanya di kost-annya di Dago sampai Adel dapat menyelesaikan sidang akhirnya di ITB tak lama lagi.