Hati-hati Membaca Postingan dan Narasi Seputar Krisis Ukraina
Memasuki hari ke-22 serangan Russia ke Ukraina, banyak hal telah kita tonton, mulai dari pidato para elit di Russia dan Ukraina, pernyataan elit Barat dan Nato dan hiruk-pikuk lain di seantero dunia.
Pada minggu pertama gempuran Russia, kita hanya melihat gedung hancur, para pengungsi yang membanjiri tetangga terdekat Ukraina seperti Polandia, Rumania dll. Tapi kita tak pernah melihat pertemuan frontal antara tentara Russia dan Ukraina.
Kita kemudian hanya melihat potongan-potongan gambar atau video yang dinarasikan secara heroik oleh pihak Ukraina bahwa mereka berhasil melumpuhkan tank-tank Russia, menembak jatuh helikopter tempur Russia, bahkan fighter Russia, termasuk menayangkan gambar beberapa tentara Russia yang katanya ditawan Ukraina.
Dari pihak Russia kita hanya dapat melihat release dari Kemhan Russia tentang hasil yang telah mereka capai dalam tahapan itu. Dan angka-angka resmi yang direlease pihak Russia itu seperti bumi dan langit jika dibandingkan dengan pernyataan Ukraina dan media barat.Â
Korban 400-an tentara Russia, disebut sebagai di atas 10.000. Korban sipil disebut ribuan bahkan sampai 8.000-an, sementara Russia hanya menyebut bahwa tentara mereka berusaha keras untuk menghindarkan korban sipil. Kalaupun ada warga sipil yang jadi korban, jumlahnya tak sampai 200 jiwa.
Pastinya memasuki minggu kedua dst pihak Russia kalah dalam perang propaganda, apalagi AS selaku bos besar Nato telah memberlakukan sanksi ekonomi tak berkeputusan terhadap Russia, termasuk Big-Tech seperti Apple, Google, Meta dan Microsoft telah berpartisipasi dalam memboikot semua release berita dari Moskow.
Resolusi MU PBB yang disponsori AS juga tak tanggung-tanggung didukung kl 143 negara anggota, bahkan Indonesia termasuk salah satu negara yang mengcosponsori resolusi tersebut. Inilah yang diprotes Lyudmila Vorobieva Dubes Russia untuk Indonesia ketika diwawancarai BBC Indonesia belum lama ini.
Pertanyaan etisnya disini : ketika kita mengamati perang, seberapa besar kita menoleransi sebelum bergabung dalam pertempuran di lapangan dan di media? Dan bagi dunia barat dan Nato, berapa lama komunitas koboi tua ini bisa bersorak dan pemerintahnya takut melihat situasi di Ukraina tanpa melakukan langkah apapun kecuali hujan propaganda.Â