Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money

Peluang Kopi Sigarar Utang Dalam Kepariwisataan Toba Dan Pasar Kopi Dunia

12 September 2010   07:40 Diperbarui: 16 November 2021   14:09 2448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam rangka membangun image tano batak, apalagi BODT (Badan Otorita Danau Toba) telah berhasil memacu pengembangan infrastruktur perhubungan pariwisata di lingkar Toba, sebaiknya ke depan nama Kopi ini diubah permanen menjadi Kopi Arabika Batak dan bukan lagi Kopi Sigarar Utang, Kopi Lintong atau Kopi Ateng. Kan keren tuh Kopi Arabika Batak ada di seluruh Kafe, Resto, Hotel dan warkop-warkop tradisional Batak di seluruh obyek wisata Lingkar Toba hingga ke daerah periferinya di pantai timur dan pantai barat Sumut.

Dari gambaran di atas dapat kita lihat betapa naifnya pemerintah setempat yang telah mengabaikan regulasi tataniaga kopi dan tidak melakukan improvisasi apa pun selama belasan tahun.

Pemerintah setempat bertanggungjawab mengundang Pengusaha-Pengusaha Nasional atau Lembaga-Lembaga Penjamin yang terpanggil untuk itu. Tinggal sekarang goodwill dan keperdulian para pemodal internal Sumut dan Nasional saja yang penting, ntah dimanapun ybs tinggal dan berbisnis. Tapi ini pun disertai catatan jangan tunggu bim salabim yang takkan pernah menjadi kenyataan atau tunggu wahyu dari roh leluhur. Artinya pemerintah setempat yang memiliki wewenang khusus dalam penetapan kebijakanlah yang harus berimprovisasi di sini untuk mengundang mereka dengan cara yang layak dan terhormat.

Dalam membantu industri kopi rumahan dari warga lokal, dengan menyadari sepenuhnya bahwa taste produk kopi rakyat rumahan beranekaragam tidak keruan ibarat plasma nuftah di belantara Bukit Barisan dan konsumen pun kebingungan, maka tidak perlu tunggu ini dan tunggu itu. Yang diperlukan di sini adalah memfasilitasi teknik dan/atau seni pengolahan kopi. Itu adalah tugas para peroaster kopi ntah Otten Coffee, Excelso, bahkan Starbuck yang telah memonopoli Kopi Arabika Batak selama ini.

Di Pangaribuan, salah satu kecamatan di Taput, ada seorang boru Pakpahan Pengrajin Kopi Bubuk yang begitu kreatif meracik kopi dengan membubuhkan kayu manis dalam penggorengan tradisionalnya. Rasanya? Tak kalah dengan kopi bubuk yang sudah branded seperti Singa dan Kapal Api. Hal kreatif semacam ini kan bisa disinergikan dan dipertimbangkan para pe-roaster kopi yang sudah branded.

Tentang kemasan produk? Velg mobil merk Firelli yang mahal itu misalnya. Jangan terpukau dulu. Itu hanya sebuah merk. Sebuah image yang dibangun lama oleh seorang Italia bernama Firelli. Pabriknya? Hanya dari rumah ke rumah saja alias Home Industry. Tapi ada standarisasi mutu. Kita pun bisa begitu. Dari rumah ke rumah. Tapi begitu menjadi produk. Kemasan seragam dan mutu seragam. Siapa sangka. Sadarlah, bukankah rakyat itu sendiri adalah Pabrik Besar asal terorganisir.

Pengembangan perkebunan kopi, industri kopi dan tata niaga perkopian rakyat di Taput tidak bisa lagi ditunda. Industriawan perkopian sudah saatnya bergandengan tangan berjalan seiring sejalan dengan komunitas kopi tano Batak. Lupakan negeri mimpi. Lupakan para penyanyi cengeng yang menangisi cinta. Tapi tataplah mereka. Ya, mereka wong cilik yang mau maju tapi terpinggirkan dan tertindas selama ini oleh rantai niaga yang jahat dan berdarah.

Depok Bolanda, Tue’, Nov’ 16, 2021

Secangkir Kopi Tubruk Sigarar Utang di Lingkar Toba. Foto Jeffry, Flickr Photography.
Secangkir Kopi Tubruk Sigarar Utang di Lingkar Toba. Foto Jeffry, Flickr Photography.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun